JAKARTA-Sekitar 80% kapal yang biasa melakukan kegiatan labuh jangkar di perairan Tanjung Balai Karimun dan Batam diperkirakan beralih ke perairan Pulau Nipah yang menawarkan biaya 40% lebih murah.
Menurut sumber Bisnis, perpindahan kapal itu semakin banyak dalam beberapa bulan terakhir, terutama sejak beroperasinya Nipah Transit Anchorage Area (NTAA), sehingga kegiatan labuh jangkar (anchorage) di perairan ship to ship (STS) Tanjung Balai Karimun dan Batam merosot.
Dia mengatakan agen asing, yang umumnya berasal dari Singapura, beralasan perpindahan kapal itu karena harga yang ditawarkan pengelola pelabuhan perairan pulau Nipah lebih murah.
“Masalahnya, harga yang lebih murah 30%-4-% itu disebabkan tidak adanya wajib pemanduan dan penundaan. Ini berbeda dengan di STS perairan Batam dan Tanjung Balai Karimun yang menerapkan wajib pemanduan dan penundaan kapal sesuai dengan peraturan yang berlaku,” katanya, Minggu (7/10).
Jasa Pandu merupakan layanan keselamatan bagi pengguna jasa saat keluar masuk perairan STS. Adapun di NTAA, tanggug jawab keselamatan kapal berada pada nahkoda kapal karena pihak operator tidak memberikan layanan jasa pandu.
Sumber berita dan berita selengkapnya dapat dilihat di:
Media Cetak Harian Bisnis Indonesia Senin, 8 Oktober 2012