JAKARTA, KOMPAS – Keinginan pemerintah untuk menekan biaya logistik harus diiringi percepatan pembangunan pelabuhan jarak pendek. Selama ini, untuk jarak pendek, pemerintah masih mengandalkan angkutan darat yang lebih mahal.
“Pelabuhan jarak pendek sangat penting keberadaannya. Dengan adanya pelabuhan semacam itu, angkutan logistik yang selama ini menggunakan truk bisa dipindahkan ke laut sehingga beban kemacetan di jalan raya berkurang. Umur jalan akan lebih panjang karena tidak menanggung beban berat,” kata Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto, di Jakarta, pekan lalu.
Selama ini angkutan logistik di Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatera, masih didominasi angkutan jalan. Komposisinya adalah angkutan jalan 90,34 persen, kereta api 0,62 persen, sungai 1,01 persen, angkutan laut 7 persen, dan angkutan udara 0,05 persen. Saat subsidi BBM dikurangi, tarif angkutan truk naik 10-32 persen, sedangkan tarif angkutan kereta naik 15 persen.
Menurut Carmelita, pelabuhan jarak pendek berbeda dengan pelabuhan komersial karena hanya melayani barang-barang domestik jarak dekat. Tarifnya juga akan lebih kompetitif.
Wakil Ketua Umum III INSA Lolok Sudjatmiko mengatakan, pada dasarnya pengiriman barang menggunakan pelabuhan jarak pendek lebih murah daripada moda transportasi lainnya. Namun, selama ini pengiriman barang masih dilakukan di pelabuhan komersial sehingga biayanya tinggi.
Sumber dan berita selengkapnya:
Kompas, edisi cetak 8 Desember 2014