Oleh: Robi Agustiar | PT Citra Agro Buana Semesta
Komoditas daging sapi merupakan salah satu komoditas prioritas dalam program pembangunan nasional dalam upaya mewujudkan ketanganan pangan asal hewani. Konsumsi daging sebagian besar didasarkan pada ketersediaan, harga, dan tradisi. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dan bertambahnya populasi jumlah penduduk berpengaruh pada permintaan daging sapi.
Produksi daging merupakan produksi yang sangat kompleks tidak hanya bergantung pada permintaan (yang biasanya didasarkan pada harga dan pendapatan), tetapi pengaruh sosial dan ekonomi seperti kebijakan, mekanisme dukungan harga, keterkaitan antara daging sapi dan produksi susu, ketersediaan pakan hewan, dan kompetisi untuk makanan antara manusia dan hewan.
Saat ini terdapat kecenderungan yang menunjukkan semakin lebarnya kesenjangan antara laju permintaan akan daging sapi dan laju penawarannya. Pada komoditas tersebut, permasalahan utama di dalam upaya pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional adalah ketidakmampuan sektor produksi domestik untuk mengimbangi laju pertumbuhan konsumsi. Indonesia dengan jumlah penduduk di atas 220 jiwa, membutuhkan pasokan daging sapi dalam jumlah cukup besar.
Sejauh ini peternakan domestik belum mampu memenuhi permintaan daging dalam negeri. Timpangnya antara pasokan dan permintaan ternyata masih tinggi. Pemerintah (Kementerian Pertanian) mengakui masalah utama usaha sapi potong di Indonesia terletak pada pasokan yang selalu mengalami kekurangan setiap tahunnya. Sementara laju pertumbuhan konsumsi dan pertambahan penduduk tidak mampu diimbangi oleh laju pertumbuhan konsumsi dan pertambahan penduduk tidak mampu diimbangi oleh laju peningkatan populasi sapi potong. Untuk memenuhi kebutuhan daging sapi bagi masyarakat Indonesia, selain mengandalkan dari pemotongan sapi lokal, pemerintah mengalokasikan impor sapi bakalan dan daging beku.
Segmentasi pemasaran daging sapi lokal dan bakalan impor biasanya diarahkan ke pasar tradisional, pasar modern, industri, ketering, serta hotel dan restaurant. Daging dan jeroan impor juga biasanya dipasarkan ke industri, ketering, hotel dan restaurant, maupun keperluan khusus.
Indonesia sebagai negara tropis dengan potensi sumber daya alam yang melimpah sangat mendukung untuk pengembangan peternakan sapi potong, hanya saja pemeliharaan sapi umumnya diusahakan secara tradisional atau sambilan sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu, upaya untuk memberdayakan petani-peternak sapi penting dilakukan karena pemeliharaan sapi didominasi oleh petani-peternak. Pengembangan usaha ternak perlu ditunjang dengan kebijakan pemerintah yang relevan sehingga memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan petani-peternak.
Kebijakan pemerintah melalui pengembangan agribisnis sapi potong pada masyarakat diarahkan untuk mencapai swasembada daging dan mengurangi ketergantungan terhadap import sapi potong.
Peta Daerah Sumber Ternak dan Pasar Daging Sapi di Indonesia
Berdasarkan gambar di atas, khusus pasokan daging sapi dari lokal, Indonesia memiliki sumber yang tersebar di berbagai daerah. Daerah sumber ternak di Indonesia terdapat di Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, serta Sulawesi, sedangkan untuk daerah pasar terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan.
Berdasarkan data BPS 2013, stock levels kondisi sapi lokal:
- Dimiliki oleh banyak peternak
- Belum ber-agribisnis
- Ternak Sapi sebagai tabungan
- Ternak Sapi sebagai status sosial
- Tersebar beberapa daerah propinsi di Indonesia yang masih memiliki kendala dalam hal logistik
Dalam industri penggemukan sapi dikenal Exporter Supply Chain Assurance System (ESCAS) yang merupakan sistem jaminan yang berdasarkan empat prinsip, yaitu:
- Kesejahteraan hewan: penanganan hewan dan pemotongan di port negara sesuai dengan Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE Animal Welfare Recommendations)
- Pengendalian melalui rantai pasok: eksportir sebagai kontrol dari semua pengaturan rantai pasok untuk transportasi ternak, manajemen dan pemotongan. Semua ternak tetap dalam rantai pasokan
- Pengecekan melalui rantai pasok: eksportir dapat mengecek semua ternak melalui rantai pasok
- Audit Independen: rantai pasokan di negara pengimpor secara independen diaudit.
Sumber: Dikemas Ulang dari Robi Agustiar, Industri Penggemukan Sapi di Indonesia. Seminar Nasional :Logistik Industri Agribisnis Indonesia: Tantangan dan Peluang Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”, Jakarta 12 Februari 2014.