Oleh: Setijadi | Chairman at Supply Chain Indonesia
Pengoperasian Tol Cipali berpotensi meningkatkan efisiensi pengangkutan barang, berkaitan dengan perubahan waktu tempuh, biaya BBM, biayarepair/maintenance, dan keamanan.
Waktu tempuh armada pengangkutan barang berkurang sekitar 3-5 jam. Sebagai contoh, waktu tempuh Jakarta-Tegal dari sekitar 12 jam menjadi sekitar 7-9 jam (berkurang sekitar 33%). Untuk jarak pendek seperti Jakarta-Tegal tersebut, penggunaan Tol Cipali berdampak signifikan terhadap waktu tempuh. Namun, untuk rute Jakarta-Surabaya (waktu tempuh 24-36 jam), perubahan waktu tempuh rata-rata berkurang hanya sekitar 13%.
Biaya BBM akan berkurang, karena kendaraan di tol akan mencapai kecepatan yang optimal (RPM rendah, kecepatan lebih tinggi). Pengurangan biaya juga akan diperoleh untuk repair dan maintenance karena optimalisasi mesin.
Biaya ban diperkirakan relatif sama, karena penggunaan tol Cipali akan mengurangi jarak tempuh, namun kecepatan kendaraan akan lebih tinggi, sehingga menambah tingkat keausan.
Dengan melalui Tol Cipali, keamanan barang dan armada relatif lebih terjamin.
Pengoperasian Tol Cipali berpotensi mendorong peningkatan peranan Pelabuhan Cirebon, terutama berkaitan dengan pembatalan rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya sebagai pelabuhan alternatif atau pendukung Pelabuhan Tanjung Priok.
Pelabuhan Cirebon dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristiknya. Pelabuhan Cirebon dapat menjadi feeder Pelabuhan Tanjung Priok, baik untukcontainer maupun non-container untuk kebutuhan perusahaan-perusahaan di beberapa kawasan industri, terutama di Jawa Barat bagian utara.
Pengembangan Pelabuhan Cirebon berpotensi meningkatkan efisiensi logistik karena sekitar 70% volume barang di Pelabuhan Tanjung Priok berasal dari wilayah timur Jakarta.
Keberadaan Tol Cipali juga berpotensi untuk mendukung Master Plan Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian Timur dalam rangka pengembangan pusat pertumbuhan industri.
Mengacu kepada Master Plan yang dibuat oleh Kementerian Perindustrian tahun 2014, pusat pertumbuhan industri di wilayah itu dibagi menjadi dua kawasan, yaitu Kawasan Peruntukan Industri Kertajati (Kec. Kertajati, Kab. Majalengka dan Kec. Ujungjaya, Kab. Sumedang) dan Kawasan Peruntukan Industri Cirebon (Kec. Gebang, Losari, Pabedilan, dan Ciledug).
Selain itu, keberadaan Tol Cipali berpotensi mendukung dan mendorong perkembangan Wilayah Pendukung Pusat Pertumbuhan Industri di kawasan itu, yaitu Kota Cirebon, Kab. Indramayu, Kab. Majalengka, Kab. Kuningan, dan Kab. Sumedang. Dengan demikian, keberadaan tol tersebut akan bermanfaat untuk investasi dan pengembangan komoditas lokal di Jabar bagian timur itu.
Pengembangan ekonomi wilayah-wilayah tersebut, terutama wilayah selatan Jabar, akan semakin terdukung dengan realisasi pembangunan Tol Cisundawu.
Upaya peningkatan efisiensi logistik dapat dilakukan dengan mengembangkan model hub & spoke untuk kawasan tersebut. Hal ini dilakukan dengan pembangunan logistics center pada beberapa lokasi atau kawasan industri di sepanjang Tol Cipali. Logistics center tersebut akan berperan penting sebagai terminal antarmoda dan multimoda. Terminal antarmoda sebagai tempat pengalihan dari armada berkapasitas besar pada transportasi barang jarak jauh ke armada berkapasitas kecil untuk transportasi jarak pendek, atau sebaliknya, sedangkan terminal multimoda menjadi tempat pengalihan dari moda transportasi yang berbeda jenisnya.
Selain itu, logistics center juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara (temporary storage), pusat konsolidasi, dan pusat distribusi untuk barang-barang dari/ke wilayah-wilayah di Jawa Barat bagian timur itu.