Oleh: Dr. Zaroni, CISCP. | Senior Consultant at Supply Chain Indonesia
Pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015 mendorong perusahaan-perusahaan Indonesia untuk bersaing dalam bisnis di kawasan regional ASEAN atau global dengan mengembangkan akses pasar di negara-negara tersebut.
Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi besar dari aspek ekonomi, pasar, dan bisnis di kawasan ASEAN perlu mengembangkan strategi bersaing agar produk-produk Indonesia tetap menjadi pilihan konsumen domestik di Indonesia dan konsumen di luar negeri.
Isu penting dalam daya saing produk-produk Indonesia adalah ketersediaan (availability), kecepatan pemenuhan order (fulfillment), dan biaya ditribusi. Isu-isu tersebut merupakan permasalahan sentral dalam manajemen rantai pasok dan logistik.
Manajemen rantai pasok dan logistik akan menentukan seberapa cepat perusahaan mampu menyediakan produk-produk yang mendekati konsumennya sesuai dengan saluran pemasaran yang dipilih, dan seberapa cepat perusahaan mampu memenuhi order dari konsumen, dan seberapa efisien biaya distribusi produk-produk dari pabrik atau gudang perusahaan ke konsumen akhir. Struktur biaya distribusi ini mencakup biaya perdugangan dan biaya transportasi.
Mengacu pada studi Bank Dunia mengenai Logistics Performance Index (LPI) yang dirilis setiap tahun, kinerja logistik suatu negara sangat ditentukan oleh infrastruktur logistik.
Menurut Bank Dunia secara keseluruhan kinerja logistik suatu negara ditentukan oleh enam pilar utama, yaitu:
- Efisiensi customs dan pengelolaan perbatasan (“Customs”).
- Kualitas perdagangan dan infrastruktur transportasi (“Infrastructure”).
- Kemudahan mengatur pengiriman dengan harga yang kompetitif (“Ease of arranging shipments”).
- Kompetensi dan kualitas layanan logistik (“Quality of logistics services”).
- Kemampuan untuk melacak dan menelusuri kiriman (“Tracking and tracing”).
- Frekuensi pengiriman yang tepat waktu (“Timeliness”).
Kualitas infrastruktur
Infrastruktur memegang peran penting dalam menentukan kinerja logistik suatu negara. Aktivitas utama logistik yang mencakup transportasi dan pergudangan, memerlukan infrastruktur pelabuhan udara (airport), pelabuhan laut (seaport), jalan raya (road), jalan kereta api (railway), dan teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
Selain menjadi faktor penting dalam logistik, kualitas infrastruktur tersebut menjadi daya tarik bagi investor dalam membangun pabrik, mengembangkan bisnis, dan perdagangan.
Kualitas infrastruktur logistik yang belum baik menjadi salah satu penyebab biaya logistik yang besar. Studi tentang ASEAN Logistics yang dilakukan oleh Jones Lang LaSalle (2013), memberikan informasi peringkat kualitas infrastruktur logistik di 6 negara-negara besar di kawasan ASEAN.
Berdasarkan hasil studi penilaian kualitas infrastruktur tersebut, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam kualitas infrastruktur logistik. Beberapa proyek pembangunan infrastruktur sedang dan akan dilaksanakan di Indonesia, seperti proyek pembangunan jalan tol trans-Sumatera, proyek pembangunan jaringan rel kereta api di Sulawesi dan Sumatera.
Peningkatan kualitas infrastruktur logistik menjadi faktor penting dalam kinerja logistik secara nasional. Banyak ahli ekonomi dunia yang meyakini bahwa Indonesia akan menjadi satu dari lima besar negara di dunia dalam ekonomi di tahun 2030. Potensi Indonesia di dalam kawasan ASEAN yang saat ini sedang tumbuh, terletak di antara kekuatan ekonomi China dan India, dan pertumbuhan e-Commerce yang sangat pesat.
Kualitas infrastruktur jalan raya menjadi isu penting dalam menghubungkan antarkota di Indonesia. Sebagian besar transportasi logistik di Indonesia, terutama di Sumatera dan Jawa, masih mengandalkan inland trucking, sehingga kualitas infrastruktur jalan raya menjadi faktor penting. Ironisnya, dari hasil penilaian studi Jones Lang LaSalle (2013) di atas, kualitas jalan raya di Indonesia masih buruk. Jalan raya utama di jalur pantura di Jawa misalnya, sangat tergantung pada jalan raya tol Merak-Tangerang-Jakarta-Cikampek, yang merupakan jalan satu-satunya penghubung transportasi logistik Sumatera-Jawa.
Karakteristik jalan raya tol yang umumnya hanya mampu memberikan solusi jangka pendek (1 s.d 5 tahun) mulai menghadapi isu kemacetan, keamanan, dan keselamatan angkutan. Pada hari-hari dan jam-jam tertentu, para pengguna jalan raya tol tersebut, harus menghadapi kenyataan kemacetan yang seharusnya tidak dialami pengguna jalan raya tol. Jarak Jakarta-Surabaya yang sebenarnya bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 24 jam, kini harus ditempuh dalam waktu lebih dari 30 jam.
Solusi untuk mengurangi beban jalan raya tol pantura Jawa, transportasi logistik mulai dialihkan menggunakan kereta api. Namun, transportasi logistik kereta api belum mampu memberikan solusi ketersediaan kapasitas yang besar dan fleksibilitas dalam pergerakan dan handling barang-barang, dan keterbatasan infrastruktur di stasiun yang sesuai dengan kebutuhan logistik. Stasiun-stasiun kereta api di Jawa umumnya belum siap untuk handling logistik.
Sementara itu, kualitas infrastruktur pelabuhan di Indonesia sudah ada perbaikan, sehingga kini menjadi pilihan untuk transportasi logistik melalui laut dan udara. Hasil penilaian yang dilakukan oleh Jones Lang LaSalle (2013), kualitas infrastruktur airport dan seaport relatif lebih baik.
Karakteristik Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, mengharuskan solusi transportasi yang menghubungkan antarpulau dengan kapasitas besar dan biaya transportasi yang relatif murah. Pelabuhan laut utama di Indonesia yang menangani logistik ekspor dan impor antara lain: Tanjungpriok Jakarta, Tanjungperak Surabaya, Tanjungmas Semarang, Belawan Medan, dan Makassar.
Meningkatkan kinerja infrastruktur logistik
Untuk meningkatkan kinerja logistik Indonesia, beberapa inisiatif stratejik perlu dilakukan:
- Integrasi jaringan transportasi multimoda melalui penyelarasan infrastruktur jalan raya, rel kereta api, dan pelabuhan untuk memudahkan akses transportasi darat ke transportasi udara dan laut.
- Penyederhanaan dokumentasi dan komunikasi transportasi logistik melalui penerapan ICT untuk perencanaan dan pengendalian transportasi logistik.
- Peningkatan kinerja operasional dan kualitas layanan perusahaan transportasi, freight forwarding, dan perusahaan 3PL untuk memberikan solusi layanan logistik yang efisien.
Tuntutan terhadap infrastruktur tidak hanya mengenai kualitas, melainkan juga mengenai kapasitas dan konektivitas. Aktivitas logistik mengharapkan infrastruktur yang mampu menjadi backbone operasi transportasi yang efisien dengan kualitas yang baik.
Menjadi tantangan Pemerintah, BUMN, dan sektor perusahaan swasta untuk menyediakan dan mengelola infrastruktur logistik, sehingga dapat meningkatkan kinerja logistik secara nasional untuk menciptakan daya saing negara, utamanya untuk daya saing produk-produk Indonesia, baik untuk meraih peluang market di domestik maupun internasional.
Download Artikel ini:
Infrastruktur Logistik untuk Daya Saing Negara (553.2 KiB, 1,389 hits)