Jakarta – Supply Chain Indonesia menyarankan pemerintah memperbaiki struktur rantai pasok daging sapi menyusul kelangkaan komoditas itu yang berimbas terjadinya lonjakan harga.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi menilai komoditas daging sapi berada dalam rantai pasok yang panjang dengan struktur yang tidak tertata baik, sehingga keuntungan tidak terbagi secara proporsional di antara para pelaku.
“Perbaikan struktur rantai pasok untuk daging sapi, misalnya, perlu dilakukan pada semua tingkatan. Pada tingkat produksi, misalnya, lebih dari 90% sapi di tangan para peternak kecil dengan jumlah sapi sangat terbatas, dan belum dikelola secara industrial,” katanya dalam pernyataan kepada Bisnis, Minggu (19/6).
Apabila rantai pasok komoditas tidak dibenahi, Setijadi menilai bisa terjadi ancaman terhadap ketersediaan dan daya saing komoditas lokal, sehingga akan mengganggu ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
Dia juga mengungkapkan persoalan ketersediaan dan fluktuasi harga daging sapi dipicu tiga faktor utama yakni ketergantungan terhadap komoditas itu, struktur rantai pasok, dan konektivitas. Sampai saat ini, menurutnya, masyarakat sangat tergantung terhadap komoditas sapi, meskipun terdapat komoditas lain seperti ikan.
Untuk mengatasi hal itu, dia merekomendasikan beberapa hal seperti diversifikasi pangan melalui perencanaan dan pengembangan komoditas pangan alternatif. Selain itu, penyusunan rantai pasok komoditas dari tingkat produksi hingga tingkat konsumsi secara menyeluruh.
Sumber dan berita selengkapnya:
Bisnis Indonesia, edisi cetak 20 Juni 2016