JAKARTA, KOMPAS-Efisiensi pengelolaan rantai pasokan industri gas dari hulu, hilir, hingga konsumen akhir merupakan kunci penurunan harga gas yang saat ini dinilai tinggi. Untuk itu pemerintah perlu mengurangi biaya-biaya yang tidak efisien dari rantai pasokan gas yang membuat hilirisasi industri terhambat.
“Tantangannya, bagaimana mengefisienkan biaya dalam setiap komponen rantai pasokan gas,” kata Ketua Umum The Indonesian Oil and Gas Pipeliner Association Hendra Jaya dalam seminar bertema “Penurunan Harga Gas Industri untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi Nasonal”, di Jakarta, Kamis (6/10).
Dalam seminar itu, Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Sumber Daya Industri Dyah W Poedjiwati, Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agus Cahyono, Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Achmad Syafiun, serta A Qoyum Tjandranegara dari Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) juga hadir sebagai narasumber.
Qoyum mengungkapkan, persoalan mendasar lain yang membuat harga gas menjadi tinggi adalah sebagian besar gas di ekspor ke luar negeri. “Kalau ekspor terus dan infrastruktur tidak ada, harga gas menjadi mahal,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Qoyum, ke depan, sumber alam, seperti gas, perlu dimanfaatkan lebih besar di dalam negeri untuk mengembangkan industri hilir yang memberikan nilai tambah. Sebab, gas juga dapat meningkatkan efisiensi, terkait dengan kebutuhan transportasi dan pembangkit listrik.
Sumber dan berita selengkapnya:
Kompas, edisi cetak Jumat, 7 Oktober 2016.
Salam,
Divisi Informasi