JAKARTA, KOMPAS-Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih besar jika investasi difokuskan untuk pembangunan dan pembukaan kawasan industri di wilayah Indonesia bagian timur. Pengusaha swasta yang selama ini mengeluhkan permintaan yang lesu bisa ke Indonesia bagian timur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah itu menjadi lebih besar.
“Selama ini terjadi ketimpangan antara wilayah barat dan timur karena penduduk di wilayah barat jauh lebih besar daripada di timur. Karena penduduknya yang besar, kontribusi wilayah barat terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 81,24 persen, sedangkan bagian timur hanya 18,76 persen,” tutur Asisten Deputi Pengembangan Logistik Nasional Kementerian Koordiantor Perekonomian Erwin Raza dalam bincang-bincang Indonesia Construction Market Outlook 2017, di Jakarta, Kamis (10/11).
Ketimpangan ini membuat biaya logistik mencapai 23,62 persen dari PDB pada 2015. “Walaupun biaya ini sudah turun dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 25,13 persen, tetapi masih cukup besar,” ujar Erwin.
Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Rido Matari Ichwan mengatakan, pemerintah telah mengucurkan anggaran cukup besar untuk membangun infrastruktur di Indonesia bagian timur. Namun, anggaran itu tidak cukup.
“Kebutuhan infrastrukur yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian PUPR tahun 2015-2019 mencapai Rp 931,5 triliun. Sementara anggaran APBN untuk PUPR hanya Rp 320,8 triliun. Jadi kekurangannya Rp 610,7 triliun. Di sinilah ruang pengusaha dan investor bisa ikut membangun,” tutur Rido. (ARN)
Sumber dan berita selengkapnya:
Kompas, edisi cetak Jumat, 11 November 2016.
Salam,
Divisi Informasi