HONG KONG: Meskipun gagal dalam tender proyek pembangunan Terminal Petikemas Kalibaru senilai Rp22,7 triliun, Hutchison Ports Holding, tidak merasa kecewa dan tetap berkomitmen untuk mengembangkan bisnis infrastruktur di Indonesia.
Proyek prestisius yang akan dibangun di dekat Pelabuhan Tanjung Priok akhirnya dibatalkan oleh Kementerian Perhubungan. Tentu saja biaya yang telah dikeluarkan oleh para peserta tender hilang begitu saja. Namun demikian, salah satu peserta tender yaitu PT Hutchison Ports Indonesia menyatakan tetap memiliki komitmen untuk membangun infrastruktur pelabuhan.
Stephen Ashworth, Chief Executive Officer Hutchison Ports Indonesia (HPI) menjelaskan bahwa sektor infrastruktur memiliki posisi strategis dan akan menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebagai pengelola pelabuhan terkemuka di dunia, HPI yang merupakan anak perusahaan dari Hutchison Ports Holding (HPH) berkomitmen untuk terus meningkatkan investasinya di Indonesia.
Bentuk komitmen tersebut antara lain dengan berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur pelabuhan peti kemas, termasuk dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia di sektor pelabuhan. HPI berharap agar infrastruktur pelabuhan di Indonesia lebih kompetitif dan dikelola secara efisien. Namun dia belum bersedia merinci proyek apa saja yang akan digarap dan dana investasi yang disiapkan.
Dia menjelaskan hal itu kepada wartawan dalam rangkaian kunjungan ke pelabuhan peti kemas Hutchison Port Holding di Hong Kong. Beberapa eksekutif HPH, a.l. Group Engineering Director Mark Jack, Senior Manager Group Corporate Affair Anthony Tham mendampingi Stephen di kantornya yang megah.
Di proyek Kalibaru, lima peserta tender yang lolos prakualifikasi selaku konsorsium yakni PT Salam Pacific Indonesia Lines, terdiri dari Cosco Shipping Co Ltd, PT Brilliant Permata Negara, PT Hutchison Ports Indonesia, dan Cosco Shipping Co Ltd.
Selanjutnya, konsorsium Port Singapore Authority International Ltd; PT Pelindo II; konsorsium Pelindo I dan International Container Terminal Services Inc asal Filipina; dan terakhir konsorsium PT Nusantara Infrastructure Tbk, Mitsui & Co Ltd, PT 4848 Global System dan Evergreen Group
Namun, pada Oktober Kementerian Perhubungan memutuskan akan menunda proses pelaksanaan tender Terminal Kalibaru yang telah dibuka karena masih menunggu kelengkapan dokumen, yang diperkirakan penundaannya akan berlangsung hingga 4-6 bulan ke depan.
Menurut rencana, peletakan batu pertama pembangunan pelabuhan Kalibaru akan dilaksanakan Juli. Keputusan Presiden mengenai pembangunan Pelabuhan peti kemas Kalibaru sudah dikeluarkan sejak minggu lalu. Hampir bersamaan dengan itu tiga BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur lolos prakualifikiasi yang digelar pemilik proyek, PT Pelindo II, setelah menyisihkan empat peserta tender lainnya. Ketiganya adalah PT Wijaya Karya, PT Waskita Karya dan PT Pembangunan Perumahan.
Pelabuhan Kalibaru akan dibangun dengan metode reklamasi. Area yang dibangun seluas 2,4 kilometer persegi, sama dengan wilayah Pelabuhan Tanjung Priok, dengan kedalaman 16 meter. Targetnya, seluruh pembangunan akan tuntas pada 2016.
Stephen menjelaskan bahwa sebagai perusahaan kelas dunia, pihaknya berpengalaman dalam pembangunan proyek dan manajemen pelabuhan. Indonesia yang besar, katanya, masih banyak peluang lain karena kebutuhan akan infrastruktur pelabuhan tidak akan pernah berhenti.
Dalam kesempatan yang sama Anthony Tham menjelaskan bahwa proyek HPH tersebar di seluruh dunia. Dari Hong Kong dia melebarkan sayapnya ke China, Asia, Australia, Timur Tengah dan Afrika, hingga Eropa dan Amerika Selatan.
Rianti Ang, Chief Commercial Officer HPI mengatakan bahwa sebagai perusahaan kelas dunia dengan kemampuan dana yang besar, pihaknya ingin menjelaskan kepada publik di Indonesia bahwa untuk membangun terminal petikemas dengan investasi di atas Rp20 miliar, bukan persoalan besar bagi Hutchison.
Berdasarkan pemantauan Bisnis, Hong Kong International Terminals, yang beroperasi 24 jam, manajemen petikemas untuk keperluan ekspor dan impor dikelola secara modern dan tertib. Truk-truk yang mengangkut petikemas beroperasi diatur tanpa menimbulkan kemacetan yang berarti seperti halnya yang terjadi di Tanjung Priok Jakarta.
Luas areal IHT mencapai 300 hektare dengan kapasitas 24 juta teus per tahun. IHT adalah pelabuhan terbesar ketiga di dunia setelah Shanghai dan Singapura. (LN)