Jakarta–(suaracargo.com). Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (Maska) memaparkan saat ini kondisi biaya logistik nasional kereta api Indonesia sangat tinggi. Hal itu mengurangi minat para pengusaha logistik untuk menggunakan kereta sebagai transportasi angkutan barang.
Survei Bank Dunia pada 2014, logistik RI mencapai 24% dari produk domestik bruto (PDB) dibandingkan negara lain. “Tarif logistik kereta api di Indonesia sebesar 24% dari PDB, jauh lebih besar, apabila dibandingkan dengan Korea Selatan 16,3%; Malaysia 15%; Jepang 10,6%; dan AS 9,9%,” ungkap Dewan Pakar Maska Achmad Kemal Hidayat di Stasiun Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (28/2/2017).
Kemudian berdasarkan indeks kinerja logistik kereta api di 2016 oleh Bank Dunia, Indonesia berada di posisi 53 dari 160 negara yang disurvei. Negara yang berada di bawah kinerja beberapa anggota ASEAN yaitu Singapura peringkat 5, Malaysia ke-32, dan Thailand ke-45.
Sehingga, Achmad Kemal pun ragu rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) pada 2015–2019 untuk menurunkan biaya logistik 16% akan sulit tercapai. Oleh karena itu, ia mengatakan pemerintah harus memperhatikan beberapa faktor.
“Faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan tarif adalah permintaan dan penawaran, struktur pasar yang dihadapi produsen dalam pembentukan harga, serta perekonomian yang ada dalam suatu perusahaan,” jelasnya, seperti dilansir okezone.com.
Sumber dan berita selengkapnya:
MASKA: Biaya Pengiriman Logistik Dengan Kereta Api Masih Tinggi, Pengusaha Enggan Menggunakan
Salam,
Divisi Informasi