Akhir pekan lalu, aktivitas pegawai di Kantor Cabang PT Perikanan Nusantara (Persero) atau (Perinus), Panambuang, Bacan Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, tampak sibuk.
Ikan cakalang beku berukuran besar yang bertumpuk di dalam tempat pendingin (cold storage) mulai diturunkan dan dialihkan ke mobil-mobil boks.
“Ini yang mau diekspor,”kata Direktur Operasional dan Pemasaran Perinus (Persero), J. Ronald Abraham Tanamal, di dalam cold storage yang bersuhu minus 30-40 derajat celsius itu.
Salah satu komoditas utama dari Pulau Bacan iniakan menjadi produk utama yang diekspor langsung ke Jepang. Memang bukan hanya cakalang, ada juga tuna, kakap, tongkol, kerapu, dan ikan laut lainnya yang turut disimpan dalam cold storage yang bisa menampung 200 ton ikan itu.
Perinus menjadi harapan baru bagi masyarakat di sekitar Pulau Bacan dan pulau lainnya di Maluku Utara. Pasalnya, pasca tidak beroperasinya PT Usaha Minapada 1999, aktivitas perikanan di wilayah tersebutseakan mati suri.
Masyarakat yang biasa melaut kini harus banting setirmenjadi pekebun. Seperti yang diakui Dafri Tawabi, nelayan yang sejak kecil menggantungkan hidupnya dari laut Pulau Bacan.
Dafri sempat bingung saat Usaha Mina mati suri. Ikan yang ditangkap akhirnya harus dijual serabutan kepasar lokal dengan harga yang murah.
Namun, gairah Dafri menggeliat kembali seiring hadirnya Perinus. Setiap malam kadang menjelang fajar, Dafri menyetor 1 ton -2 ton ikan cakalang maupun tuna ke Perinus. Untuk cakalang misalnya, Perinus mampu membayar Rp16.000 per kilogram.
Sumber dan berita selengkapnya:
Bisnis Indonesia, edisi cetak Senin, 11 November 2019.
Salam,
Divisi Informasi