REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES – Tarif angkutan udara meroket seiring dengan keterbatasan tempat di pesawat kargo akibat adanya peningkatan permintaan dari jasa pengiriman muatan (shippers). Peningkatan terjadi mengingat penerbangan penumpang di Asia yang selama ini digunakan shipper grounded (larangan penerbangan sementara).
Sekitar setengah dari kargo udara yang dibawa ke seluruh dunia biasanya terbang di bagian perut jet penumpang dibandingkan kapal barang khusus. Tapi, penurunan penerbangan dalam menanggapi wabah virus corona telah membuat pasar kini harus tergantung pada pengangkut barang.
Perusahaan pengangkut barang, Agility Logistics, mengatakan, kapasitas kargo udara China turun 39 persen pada Februari dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Penyebabnya, penurunan penerbangan penumpang akibat virus corona.
Kepala eksekutif Unicargo yang berbasis di Israel, Refael Elbaz mengatakan, peningkatan permintaan shipper ini terjadi karena produksi industri China diprediksi akan dimulai kembali. Perusahaan pengangkut ingin segera menyerbu produk-produk dari China. “Harganya tiga kali lebih tinggi, setidaknya, karena memang tidak ada kapasitas,” ujarnya seperti dilansir Reuters, Rabu (11/3).
Sementara itu, Freight Investor Services mengatakan kepada klien, Senin (9/3), harga kargo dengan rute China ke AS telah mencapai ketinggian yang abnormal. Hal ini dibarengi dengan peningkatan lalu lintas intra-Asia hingga 22 persen dibandingkan pekan sebelumnya.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://republika.co.id/berita/q70p8u370/industri-china-pulih-tarif-angkutan-udara-meroket
Salam,
Divisi Informasi