Merdeka.com – Kementerian Perdagangan menargetkan surplus sebesar USD 1 miliar pada neraca perdagangan di tahun ini. Selain itu, ekspor riil barang dan jasa ditargetkan akan tumbuh sebesar 4,2 persen, ekspor non migas akan tumbuh 6,3 persen serta adanya pertumbuhan rasio ekspor terhadap jasa ekspor terhadap PDB sebesar 2,8 persen untuk tahun 2021.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, Indonesia sebenarnya masih sangat berpotensi meningkatkan nilai ekspornya. Salah satunya adalah melalui intensifikasi ekspor ke negara-negara tujuan non tradisional.
Menurutnya, pasar ekspor ke negara-negara non tradisional dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi defisit neraca perdagangan, mengingat bahwa nilai ekspor non-migas Indonesia terhadap negara yang tergolong tujuan tradisional telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.
Nilai ekspor non-migas Indonesia dengan negara tujuan tradisional seperti Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Dilansir dari data BPS dan Kementerian Perdagangan, ekspor Indonesia ke AS meningkat dari USD 15,3 miliar pada tahun 2015 menjadi USD 17,8 miliar pada tahun 2019.
Sedangkan untuk RRT pada rentang waktu yang sama juga meningkat dari USD 13,3 miliar menjadi USD 25,9 miliar. Sedangkan untuk tahun 2020, nilai ekspor Indonesia ke RRT menempati posisi teratas dibandingkan dengan negara mitra dagang lainnya dengan nilai mencapai USD 26,6 miliar. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh AS dengan USD 16,7 miliar dan Jepang dengan USD 11,6 miliar.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://www.merdeka.com/uang/genjot-surplus-perdagangan-ri-harus-dorong-ekspor-ke-negara-tujuan-non-tradisional.html
Salam,
Divisi Informasi