Oleh: Setijadi, S.T., M.T., IPM.
Chairman | Supply Chain Indonesia
Perekonomian Indonesia diproyeksikan akan terus tumbuh pada tahun 2024 melanjutkan pertumbuhan tahun 2023. Namun, tingkat pertumbuhan pada dua tahun itu diperkirakan akan lebih rendah daripada tahun 2022 sebesar 5,31%.
Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 tumbuh 5,1% dan tahun 2024 sebesar 5,2%, sedangkan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 pada kisaran 4,7-5,5%.
Proyeksi serupa juga dikeluarkan oleh beberapa lembaga dunia. Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia tahun 2024 tumbuh sebesar 4,9%, IMF sebesar 5,0%, dan Asian Development Bank (ADB) sebesar 5,0%.
Sektor logistik berpotensi menjadi pendorong dalam pertumbuhan ekonomi yang melambat tersebut. Salah satu indikatornya adalah peningkatan kontribusi sektor transportasi dan pergudangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dalam beberapa tahun terakhir.
Pada periode 2021-2023, kontribusi sektor transportasi dan pergudangan pada tahun 2021 sebesar 4,24% dan meningkat menjadi 5,02% pada tahun 2022. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) triwulan II-2023, Supply Chain Indonesia (SCI) memproyeksikan kontribusi sektor itu sebesar 5,82% pada tahun 2023 dan sebesar 6,00% pada tahun 2024.
SCI memproyeksikan kontribusi sektor transportasi dan pergudangan tahun 2023 sebesar Rp 1.245 triliun atau tumbuh 14,99% dan pada tahun 2024 sebesar Rp 1.436 triliun atau tumbuh 14,16%.
Selain berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sektor logistik berpotensi meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor lainnya dengan peningkatan efektivitas dan efisiensi melalui pengembangan teknologi, proses, dan kompetensi SDM, serta melalui kolaborasi dan sinergi, baik antara para penyedia jasa logistik maupun antara penyedia jasa logistik dan pemilik barang.
Berdasarkan data BPS Triwulan III-2023, SCI memperkirakan beberapa industri utama sektor logistik tahun 2024. Perkiraan tersebut berdasarkan kontribusi sektoral terhadap PDB, yaitu industri pengolahan (yang berkontribusi sebesar 18,75%), pertanian (13,57%), perdagangan (12,96%), pertambangan (10,18%), dan konstruksi (9,86%).
Namun, jika dilihat dari tingkat pertumbuhan kelima sektor itu, tingkat pertumbuhan tertinggi pada sektor pertambangan (6,95%), diikuti konstruksi (6,39%), industri pengolahan (5,20%), perdagangan (5,08%), dan pertanian (1,46%).
Pada industri pengolahan nonmigas, potensi logistik terbesar pada industri makanan dan minuman, diikuti industri otomotif, industri kimia dan farmasi, industri barang logam, serta industri tekstil.
Untuk berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan perekonomian nasional 2024, penyedia jasa logistik bisa berperan meningkatkan efisiensi penanganan logistik komoditas industri-industri utama itu maupun komoditas-komoditas lain yang potensial namun terkendala sistem logistiknya dan membutuhkan pengembangan rantai pasok secara end-to-end.
Pengembangan Sektor Logistik
Sistem logistik bersifat multisektoral dan multi–stakeholders. Oleh karena itu, pengembangan sektor logistik untuk mendorong pertumbuhan perekonomian memerlukan peran dan sinergi para pelaku usaha dari berbagai sektor, baik penyedia maupun pengguna jasa logistik, dan para pemangku kepentingan lainnya.
Perusahaan penyedia jasa logistik perlu didorong untuk meningkatkan posisi model bisnisnya dari foundation services menjadi value-added services (third-party logistics provider), lead logistics, bahkan synchronized supply chains. Hal ini membutuhkan peningkatan kemampuan teknologi, proses, dan kompetensi SDM tersebut di atas.
Selain itu, penyedia jasa logistik nasional perlu menjadi world class company dengan jaringan global. Dalam bidang logistik, jaringan global ini menjadi salah satu keunggulan perusahaan penyedia jasa logistik untuk masuk dan berperan dalam rantai pasok global.
Penyedia jasa logistik harus berperan tidak hanya dalam aktivitas utama pengiriman dan penyimpanan produk/komoditas, tetapi juga harus berperan dalam proses konsolidasi. Hal ini untuk meningkatkan ekonomi skala (economies of scale) misalnya karena volume barang tersebar pada beberapa pelaku dengan volume produksi masing-masing yang kecil.
Peran pemerintah pusat dan daerah sangat diperlukan dalam pembangunan infrastruktur dan fasilitas logistik. Pada saat ini, sektor logistik secara umum masih terkendala masalah jumlah, penyebaran, dan kapasitas infrastruktur dan fasilitas logistik.
Sesuai dengan karakteristik geografis Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan, pengembangan infrastruktur konektivitas logistik harus diarahkan dalam pengembangan sistem transportasi multimoda dengan transportasi laut sebagai back bone-nya. Pengembangan sistem transportasi ini harus secara end-to-end dan terintegrasi dengan transportasi hinterland-nya.
Pengembangan infrastruktur dan fasilitas logistik berbasis komoditas juga diperlukan untuk beberapa komoditas tertentu. Untuk penanganan komoditas yang mudah rusak (perishable) seperti daging dan ikan, misalnya, dibutuhkan cold storage dan fasilitas pendukungnya dalam sistem cold chain. Efektivitas dan efisiensi sistem logistik juga membutuhkan dukungan pemerintah pusat maupun daerah terkait regulasi dan birokrasi. Dukungan juga diperlukan dalam bentuk insentif fiskal dan nonfiskal dengan mempertimbangkan karakteristik sektor logistik yang cukup berisiko.
Bandung, 5 Januari 2024
Setijadi
Chairman
Supply Chain Indonesia
E-mail: setijadi@SupplyChainIndonesia.com
www.SupplyChainIndonesia.com
Download catatan ini:
Catatan SCI - Tantangan Sektor Logistik 2024: Pendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Melambat (304.2 KiB, 418 hits)