Selama ini, tantangan klasik pelaku UMKM untuk naik kelas salah satunya adalah minimnya kemampuan UMKM untuk ikut terlibat dalam rantai pasok industri. Sehingga, yang dihasilkan adalah UMKM dengan skala bisnis yang stagnan serta terjebak dalam siklus bisnis yang monoton. Karena hal tersebut, target pasar UMKM pun sempit, kemampuan dalam men-generate keuntungan terbatas, akses modal tidak berkembang, pengembangan SDM-nya juga mati suri, yang akhirnya terjebak dalam skala bisnis yang sama.
Namun, lain halnya jika UMKM menjadi bagian dari rantai pasok perusahaan skala besar. UMKM tersebut nantinya akan terbawa arus perubahan perusahaan. Seperti peningkatan jumlah transaksi barang dan jasa, digitalisasi seluruh layanan perusahaan dan pelaku UMKM, inovasi perusahaan yang turut menyeret pelaku UMKM berinovasi, akses permodalan yang luas, hingga memiliki reputasi yang bergengsi karena pelaku UMKM menjadi bagian dari industri besar.
Intinya adalah pelaku UMKM yang diupayakan naik skala bisnisnya ini harus berada dalam lingkungan atau ekosistem yang memberikan ruang gerak bagi UMKM untuk naik kelas. Tak ubahnya manusia, di mana lingkungannya akan menjadi faktor pendorong bagaimana jati dirinya akan terbentuk nantinya. Jadi, untuk naik kelas, upaya utama yang bisa dilakukan adalah mendorong pelaku UMKM berada dalam lingkungan bisnis dengan skala ekonomi yang lebih besar.
Namun, untuk mewujudkan cita-cita mulia tersebut, kita perlu menelisik terlebih dahulu apa yang menjadi skala prioritas masing-masing pihak untuk merealisasikannya. Pihak-pihak yang dimaksud adalah perusahaan, pelaku UMKM, dan pemerintah. Berikut sejumlah rekomendasi yang bisa dilakukan oleh masing-masing pihak agar cita-cita luhur meningkatkan skala ekonomi pelaku UMKM bisa diwujudkan.
Dari sisi perusahaan. Memang tidak mudah memetakan rantai pasok perusahaan, terlebih perusahaan yang sudah beroperasi dan semua rantai pasok sudah tersedia dengan baik. Namun, upaya membuka diri perusahaan terhadap rantai pasok dari pelaku UMKM tetap harus dilakukan.