Ketua Bidang Angkutan Barang DPP Organda, Ivan Kamadjaja, mengatakan perbaikan kinerja angkutan barang berbasis jalan didorong adanya relaksasi selama fase adaptasi kebiasaan baru (AKB) atau new normal. “Dalam era new normal, sedikit lebih baik yaitu sekitar 20%- 30%, sehingga penurunan selama new normal diprediksi di kisaran 30% dari kondisi sebelum ada Covid-19,” paparnya kepada Bisnis, Rabu (29/7).
Ivan yang juga Chief Executive Officer (CEO) PT Kamadjaja Logistics menilai pelanggan utama perusahaan truk umumnya adalah pabrikan. Oleh karena itu, kinerja angkutan barang berbasis jalan itu bergantung kepada sektor manufaktur.
Sebaliknya, Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Gemilang Tarigan, pesimistis kinerja perusahaan truk membaik selama semester II/2020. “Dalam semester II tanda-tanda perbaikan belum ada, justru pada awal semester masih payah. Sampai saat ini 60% truk masih tidak beroperasi,” jelasnya
Kyatmaja Lookman, Direktur Utama PT Lookman Djaja Logistics, menilai pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa daerah memang menaikkan aktivitas ekonomi. Namun, dia menegaskan kenaikan aktivitas ekonomi ternyata berbanding lurus dengan kenaikan jumlah penderita Covid-19, yang dapat berakibat ke pengetatan aktivitas ekonomi.
“Pengetatan lagi yang akan menghambat pertumbuhan ekonomi, ekonomi turun volume angkut pasti turun. Saat ini masyarakat sudah ‘mantab’ alias makan tabungan,” paparnya.
Menurut Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI), Sugi Purnoto, kinerja operator truk makin berat meskipun sudah masuk fase AKB. “Bicara reborn belum terjadi, sampai waktu yang belum ditentukan,” paparnya.
Menurutnya, indikator paling mudah melihat bisnis truk yakni ketika pasar tradisional sudah mulai normal dikunjungi masyarakat. Dengan permintaan yang kembali normal, dia yakin akan mendorong efek berganda ke angkutan darat. Biasanya, pendapatan operator angkutan jalan sekitar 50% dipakai membayar leasing, sekitar 30% uang jalan atau modal kerja dan sisanya 20% jadi keuntungan.
Di tengah pendapatan yang menipis akibat pandemi Covid-19, tentunya keuntungan bahkan hilang untuk menutupi beban leasing kendaraan.
Sumber dan berita selengkapnya:
Bisnis Indonesia, edisi cetak Kamis, 30 Juli 2020.
Salam,
Divisi Informasi