Bahan Pokok Menipis: Sudah Tiga Minggu Pasokan Barang ke Kepulauan Terhenti
KUPANG, KOMPAS – Gelombang laut yang tinggi menyebabkan feri yang menjadi armada utama penghubung kabupaten kepulauan di Nusa Tenggara Timur, seperti Sabu Raijua, Rote Ndao, Lembata, dan Alor, terhenti. Akibatnya, pasokan bahan kebutuhan pokok pun terganggu sehingga kini stoknya menipis.
Dua kabupaten yang selama ini bergantung pada bahan pokok dari Kupang, yakni Rote Ndao dan Sabu Raijua, paling sulit mendapatkan suplai bahan pokok selama musim hujan. Lembata dan Alor masih sempat mendatangkan stok bahan pokok dari Makassar dan daratan Pulu Flores, seperti Maumere dan Larantuka.
Senin (27/1), sekitar 50 truk pengangkut barang ke wilayah kabupaten kepulauan hanya bisa menunggu di dermaga feri di Bolok, Kupang. Truk-truk tersebut memuat bahan kebutuhan pokok, bahan bangunan, dan barang dagangan lain.
“Hampir semua truk yang tertahan di Bolok bertujuan ke (Pulau) Rote,” ujar Erson Tase (27), salah seorang pengemudi truk.
Karena pasokan barang terganggu, harganya pun naik. Harga Premium di Baa, ibu kota Kabupaten Rote Ndao di Pulau Rote, misalnya, Rp 10.000 per liter. Bahkan, harga Premium di luar Baa bisa mencapai Rp 12.000 per liter.
“Sudah sekitar dua minggu bensin langka dan mahal di Rote Ndao,” kata Helmy Nale dari Baa,Senin.
Hal yang sama juga terjadi di Pulau Seba. Stevensen Lodu (45), salah satu pedagang bahan kebutuhan pokok di Seba, ibu kota Kabupaten Sabu Raijua, mengatakan, dirinya memesan 5 ton beras dari Kupang pada akhir Desember 2013, tetapi hingga kini belum bisa terkirim. Dia memperkirakan, stok beras di tokonya hanya untuk 10 hari ke depan.
Sumber dan berita selengkapnya:
Kompas, edisi cetak 28 Januari 2014