Banjir, Belum Ada Moda Alternatif Logistik
Bisnis.com, JAKARTA – Jasa logistik melalui truk masih merupakan andalan meski mengalami kemacetan parah akibat banjir dan terputusnya akses jalan di jalur Utara Jawa.
Engkos, distributor beras asal Pamanukan, memiliki truk yang biasa mengangkut sekitar 1 ton beras per hari. Namun, selama banjir melanda di jalur Utara Jawa, dirinya hanya mampu mengirim dalam 2 hari hanya sekali.
Warga Desa Sukarja, Sukasari-Pamanukan, ini menceritakan banjir telah memutus jalan-jalan yang biasa ditempuh untuk sampai di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur. Karena itu, dia memutuskan untuk menerabas rute Selatan, dengan resiko menambah ongkos BBM dan upah pengemudi.
Cuaca buruk dan hujan lebat yang terjadi sepanjang pekan terakhir ini telah menghambat jalur-jalur distribusi barang, terutama setelah banjir menggenang mengakibatkan kerusakan jalan pada beberapa lokasi di Jalur Pantura, antara lain di Jawa Tengah (Pemalang, Kendal, Semarang, Jepara, Kudus, Pati), dan Jawa Barat (Pamanukan, Indramayu, Subang, Karawang, Bekasi).
Analis Supply Chain Indonesia Setijadi mengatakan dengan kondisi banjir parah yang memutus jalur di utara Jawa, pemerintah dan pihak terkait lainnya sudah harus memutar otak mencarikan moda alternatif pengangkut logistik, terutama jenis pokok.
Kerusakan dan gangguan (seperti banjir) terhadap jalan raya akan menghambat bahkan memutus distribusi komoditas bahan pokok dari beberapa wilayah menuju Jakarta karena hampir semua komoditas bahan pokok tersebut dilakukan dengan truk melalui jalan raya.
“Berbagai pihak perlu mempertimbangkan dan memfasilitasi penggunaan moda alternatif dalam pendistribusian komoditas, yaitu transportasi kereta api dan transportasi laut,” terangnya. Dia menjelaskan selama ini pemilihan penggunaan truk untuk distribusi komoditas pokok dilakukan karena truk mempunyai tingkat aksesibilitas yang tinggi, yaitu bisa langsung mencapai sentra-sentra produksi hingga ke sentra-sentra perdagangan. Keunggulan truk lainnya adalah fleksibilitas waktu.