Harga Pangan Melambung: Penyeberangan dari Sumatera Selatan Dibuka Kembali
PANGKAL PINANG, KOMPAS – Harga bahan pangan di Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, melambung hingga tiga kali lipat sejak pasokan tersendat. Pasokan ke pulau itu tak lancar karena pelayaran dari Jawa dan Sumatera tertunda gelombang tinggi dan cuaca buruk.
Di Kota Pangkal Pinang (ibu kota Kepulauan Bangka Belitung) dan di Pulau Bangka, sebagian sayuran tak bisa ditemukan. Bangka bergantung pada pasokan sayur dari Sumatera Selatan. Pelayaran dari Sumsel dihentikan sejak Kamis pekan lalu hingga Senin (3/2). Otoritas pelabuhan di Palembang, Sumsel, menghentikan pelayaran karena cuaca buruk di Selat Bangka.
Selain dari Palembang, penduduk Pulau Bangka juga menggantungkan pasokan berbagai kebutuhan pokok dari Jawa yang dikirim lewat Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Namun, banjir selama Januari membuat pasokan juga terganggu. Akibatnya, banyak barang tak bisa masuk pelabuhan dan dikirim ke Bangka.
Gelombang di perairan sekitar Bangka Belitung juga memengaruhi pelayran. “Berkali-kali kami dapat peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikan (BMKG), gelombang terlalu tinggi. Selama Januari banyak pelayaran tertunda,” kata Kepala Subseksi Keselamatan Pelayaran Pelabuhan Pangkalbalam, Bangka, Hasoloan.
Kepala Badan Pusat Statistik Kepulauan Bangka Belitung Herum Fajarwati menuturkan, ketahanan pangan di provinsi itu kini amat rentan. Sekitar 80 persen pangannya dipasok dari luar daerah.
Di Sumsel, jumlah keberangkatan kapal dari Tanjung Api-api menuju Tanjung Kalian, Bangka Belitung, Senin, diperbanyak dari lima menjadi sembilan kali. Ini untuk mengatasi penumpukan penumpang dan barang yang terjadi selama pelayaran dilarang.
Sumber dan berita selengkapnya:
Kompas, edisi cetak 4 Februari 2014