Selama ini, Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Teluk Lamong yang diharapkan bisa beroperasi tahun ini menjadi instrumen penting dalam pengembangan perdagangan antarpulau dan antarnegara, khususnya bagi Jawa Timur dan Kawasan Timur Indonesia.
Begitu pun Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS), yang merupakan pintu masuk menuju Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya, saat ini kondisinya kurang layak karena hanya memiliki lebar 100 meter dan kedalaman minus 9 meter low water spring (LWS). Selain hanya memungkinkan terdapat satu jalur perlintasan, kondisi itu menyebabkan kapasitas APBS yang tersedia hanya 27 ribu gerakan kapal.
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III, Djarwo Surjanto, mengungkapkan, pada 2013 lalu, APBS masih mampu dilintasi 43 ribu gerakan kapal di Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya.
“Bisa dibayangkan kelambatan yang terjadi di APBS. Keterbatasan lain yang dimiliki saat ini adalah tidak mampu dilewati kapal dengan draf lebih dari 8,5 meter, APBS hanya mampu dilewati kapal curah kering 40 ribu DWT, kapal tanker 40 ribu DWT, kapal LNG 20 ribu DWT, dan kapal peti kemas 20 ribu DWT,” ujar dia.
Sumber dan berita selengkapnya:
http://www.koran-jakarta.com/?11336-revitalisasi%20prasarana%20pelabuhan