Jakarta – Wabah global Virus Corona (COVID-19) di China berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satunya aktivitas ekspor-impor produk unggulan desa di Indonesia yang ikut terganggu.
Staf Khusus Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Dodik P Wijaya, mengatakan situasi ekonomi global tersebut berdampak pada kurang lebih 3 persen dari total jumlah desa yang menghadapi kesulitan dalam mengekspor produk unggulan desa, seperti produk makanan (1.183 desa), produk bukan makanan (517 desa), dan produk makanan dan bukan makanan (773 desa).
“Dampak tidak langsung juga tetap ada di 16.747 desa atau 22 persen dari total desa yang memiliki banyak produk unggulan yang menghadapi beberapa kesulitan dalam mengekspor produk,” ujar Dodik dalam keterangan tertulis, Senin (9/3/2020).
Terkait hal tersebut, Dodik mengatakan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mewajibkan dana desa tahap 1 yang telah dicairkan, agar digunakan untuk program kegiatan dengan sistem padat karya tunai (cash for work). Sistem tersebut akan memberikan peluang kerja bagi pengangguran dan masyarakat miskin di desa.
“Upah yang diterima oleh pekerja akan meningkatkan daya beli masyarakat dengan langsung meningkatkan konsumsi rumah tangga kumulatif dan mengurangi Rasio Gini di masyarakat,” imbuh Dodik.
Lebih lanjut, Dodik mengatakan, penggunaan dana desa dengan sistem padat karya tunai akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya, lebih dari 50 persen masyarakat Indonesia tinggal di perdesaan.
“Ekonomi, tidak hanya di daerah perkotaan tetapi juga di desa atau daerah pedesaan. Karena lebih dari 50 persen penduduk Indonesia tinggal di desa, situasi ekonomi desa memiliki dampak yang berarti bagi tingkat nasional,” tambahnya.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://news.detik.com/berita/d-4932068/dampak-corona-aktivitas-ekspor-impor-produk-unggulan-desa-terganggu
Salam,
Divisi Informasi