JAKARTA,investorid – Nilai ekspor terus mengalami kontraksi dalam beberapa bulan terakhir. Pada Februari 2024 nilai ekspor hanya mencapai US$ 19,31 miliar. Penurunan ekspor sangat berpeluang berlanjut sampai akhir tahun, bahkan sampai pertengahan tahun 2025, bila upaya pemerintah memiliki terobosan baru untuk memperluas pasar ekspor ke negara non tradisional.
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita mengatakan penurunan ekspor sudah bisa diprediksi sebelumnya, apalagi kapasitas daya serap ekonomi global atas komoditas ekspor nasional semakin mengecil terjadi karena adalah akibat riil dari perlambatan ekonomi global yang memang sudah terlihat sejak tahun lalu. Penurunan ekspor di bulan Februari bukan hal baru, tetapi lanjutan dari trend performa ekspor sejak tahun 2023 lalu.
“Artinya, pemerintah belum berhasil mengalihkan pasar ekspor dari pasar tradisional, sehingga perlambatan ekonomi China, Uni Eropa, Jepang, dan Amerika, sangat menekan kinerja ekspor nasional, “tutur Ronny saat dihubungi Investor Daily belum lama ini.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$ 870 juta pada Februari 2024. Nilai ini menunjukan penurunan baik secara bulanan maupun tahunan masing-masing sebesar US$ 1,13 miliar dan US$ 4,54 miliar.
Adapun nilai ekspor mencapai US$ 19,31 miliar pada Februari 2024. Angka ini turun 8,34% dari posisi Januari 2024 dan kontraksi hingga 9,45% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai impor Indonesia Februari 2024 mencapai US$ 18,44 miliar, turun 0,29% dibandingkan Januari 2024, tetapi tumbuh 15,84% dari nilai impor pada Februari 2023.