×
Supply Chain Indonesia Video Channel
QUESTIONS? CALL: +62 22 720 5375 +62 821 1515 9393

Supply Chain Indonesia

Supply Chain Indonesia

Lembaga Pendidikan, Pelatihan, Konsultasi, Penelitian, Pengkajian & Pengembangan Logistik

+62227205375
Email: sekretariat@SupplyChainIndonesia.com

SUPPLY CHAIN INDONESIA
Komplek Taman Melati B1/22 Pasir Impun Bandung 40194 Indonesia

Open in Google Maps
  • BERANDA
  • PROFIL
  • AGENDA
    • Agenda 2023
    • Training
      • Basic Logistics
      • Supply Chain Management
      • SCM Maritime Sector
      • Warehouse Management
      • Transportation Management
      • Cold Chain Logistics
      • Inventory Management
      • Procurement Management
      • Demand Forecast & Sales and Operations Planning
    • E-Training
      • Basic Logistics
      • Supply Chain Management
      • SCM Maritime Sector
      • Warehouse Management
      • Transportation Management
      • Cold Chain Logistics
      • Inventory Management
      • Procurement Management
      • Demand Forecast & Sales and Operations Planning
  • OPINI
  • UNDUH
    • Paparan SCI
    • Infografis
    • Data Logistik
    • Kementerian dan Lembaga
    • Asosiasi dan Lembaga Non-Pemerintah
    • Seminar dan Konferensi
    • Forum Diskusi
    • Materi Pembelajaran
      • ERP
      • Manajemen Logistik
      • Sistem Transportasi dan Distribusi
      • Supply Chain Management
      • Manajemen Persediaan
    • Peraturan Perundangan
      • Undang-Undang
      • Peraturan Presiden
      • Peraturan Gubernur
      • Peraturan Pemerintah
      • Kementerian Pekerjaan Umum
      • Kementerian Perdagangan
      • Kementerian Perhubungan
      • Kementerian Pertanian
      • Kementerian Keuangan
      • Badan Nasional Penanggulangan Bencana
      • Kementerian Perindustrian
      • Kementerian Kesehatan
  • HUBUNGI KAMI
COMPANYPROFILE
Supply Chain Indonesia
Tuesday, 06 November 2018 / Published in Berita

Fokus Komoditas untuk Optimalkan Tol Laut

Oleh: Setijadi | Chairman Supply Chain Indonesia

  1. Untuk tahun 2019, Kementerian Perhubungan berencana mencabut subsidi biaya pengangkutan yang dilakukan oleh operator perusahaan BUMN dalam Program Tol Laut jika tidak bisa memenuhi standar minimal muatan balik sebesar 30%.

    Dalam tiga tahun sejak diimplementasikan pada 2016, Program Tol Laut dinilai belum dapat memacu aktivitas ekonomi luar Jawa yang ditunjukkan dengan volume muatan balik dari kawasan timur yang tetap rendah.

    Program Tol Laut dilatarbelakangi disparitas harga yang cukup tinggi antara wilayah barat dan timur Indonesia. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang terpusat di Pulau Jawa mengakibatkan inefisiensi transportasi laut Indonesia karena kekurangan muatan balik dari wilayah-wilayah dengan pertumbuhan ekonomi rendah, terutama di Kawasan Timur Indonesia.

    Jumlah trayek Program Tol Laut terus bertambah. Pada tahun 2016 dioperasikan 6 trayek, menjadi 13 trayek pada tahun 2017, dan menjadi 15 trayek pada tahun 2018 seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.


    Anggaran Pemerintah untuk Program Tol Laut juga terus bertambah. Pada tahun 2016 sekitar Rp218,99 juta, tahun 2017 sekitar Rp355,05 juta, dan tahun 2018 sekitar Rp447,63 juta.

  1. Jenis barang atau komoditas yang diangkut dalam Program Tol Laut diatur dengan Perpres No. 106 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang di Laut dan direvisi dengan Perpres No. 70 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang dari dan ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, dan Perbatasan.

    Perpres No. 70 Tahun 2017 menyebutkan bahwa barang yang diangkut dalam Program Tol Laut meliputi barang kebutuhan pokok dan barang penting, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan jenis barang lain sesuai dengan kebutuhan masyarakat daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan; termasuk ternak dan ikan serta muatan balik yang berasal dari daerah yang disinggahi oleh angkutan barang di laut, darat, dan udara.

    Mengacu kepada Perpres No. 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, jenis barang kebutuhan pokok terdiri dari:  barang kebutuhan pokok hasil pertanian (beras, kedelai bahan baku tahu dan tempe, cabe, dan bawang merah), barang kebutuhan pokok hasil industri (gula, minyak goreng, dan tepung terigu), dan barang kebutuhan pokok hasil peternakan dan perikanan (daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, serta ikan segar yaitu bandeng, kembung dan tongkol/tuna/cakalang).

    Adapun jenis barang penting terdiri dari: benih (yaitu benih padi, jagung, dan kedelai), pupuk, gas elpiji 3 (tiga) kilogram, triplek, semen, besi baja konstruksi, dan baja ringan.

  1. Supply Chain Indonesia (SCI) menganalisis beberapa faktor penyebab Program Tol Laut tidak optimal yang perlu diatasi dengan fokus terhadap komoditas.

    Fokus terhadap komoditas diperlukan untuk meningkatkan potensi muatan balik dari Kawasan Timur Indonesia (KTI) maupun daerah-daerah lain yang dilewati Program Tol Laut, misalnya komoditas perikanan.

    Untuk Program Tol Laut pada Trayek T-2 (rute Tanjung Priok – Tanjung Batu – Blinyu – Tarempa – Natuna (Selat Lampa) – Midai– Serasan – Tanjung Priok), misalnya, dapat dimanfaatkan untuk pengangkutan ikan dari Natuna.

    Contoh lainnya, Trayek T-11 (rute Tanjung Perak – Timika – Agats – Marauke – Tanjung Perak) dapat digunakan untuk pengangkutan ikan dari Merauke. Sebagai gambaran, potensi di wilayah tersebut (WPPI 718) sebesar 1.992.730 ton setahun.

    Natuna dan Merauke adalah dua lokasi dari 12 lokasi Program Sentra Kelautan & Perikanan Terpadu (SKPT) yang dibangun Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2017. Pengembangan SKPT-SKPT lainnya itu juga bisa disinergikan dengan Program Tol Laut, termasuk dalam upaya peningkatan muatan balik.

    Upaya tersebut tepat karena Tanjung Priok (Jakarta) dan Tanjung Perak (Surabaya) adalah pintu keluar kawasan industri di bagian barat dan timur Pulau Jawa yang sebagian produknya dikirim ke KTI dan wilayah-wilayah lainnya.

    Di lain sisi, sebagian besar industri pengolahan ikan juga berada di Pulau Jawa, sehingga diperlukan pengangkutan ikan dari KTI dan wilayah-wilayah lain tersebut yang dapat menjadi muatan balik Tol Laut.

  1. Namun, upaya peningkatan muatan balik ini bukan hal mudah yang bisa dicapai dalam waktu cepat. Perlu perencanaan dan implementasi secara sistemik dan sistematis dalam jangka panjang dengan melibatkan banyak pihak terkait.

    Untuk muatan komoditas perikanan, misalnya, perlu dilakukan beberapa upaya berikut ini.

    Pertama, pemetaan pasokan dan permintaan untuk mengetahui lokasi/wilayah produksi berikut jenis dan volume/kapasitas pasokannya. Demikian pula untuk sisi permintaannya.

    Kedua, penyiapan infrastruktur/fasilitas sesuai dengan karakteristik komoditasnya. Penanganan komoditas perikanan, misalnya, membutuhkan sarana dan prasarana rantai dingin (cold chain) berupa air blast freezer, cold storage, ice flake machine, dan refrigerated truck.

    Sarana dan prasarana itu membutuhkan listrik yang besar, sehingga Pemerintah perlu mengembangkan listrik tenaga surya di beberapa wilayah tertentu.

    Ketiga, penerapan sistem distribusi. Salah satu yang penting adalah proses konsolidasi muatan karena titik-titik produksi perikanan yang sangat tersebar hingga ke tingkat nelayan.

    Keempat, peningkatan kemampuan penanganan logistik semua pelaku secara end-to-end, mulai dari titik produksi (nelayan), pengumpulan, pengangkutan, hingga penjualan (pengecer) atau pengolahan. Hal ini penting karena penanganan di setiap titik akan mempengaruhi kelancaran distribusi dan kualitas komoditas.

    Upaya-upaya tersebut perlu dilakukan pula untuk peningkatan muatan balik berupa komoditas hasil peternakan, seperti daging sapi dan daging ayam ras.

  1. Implementasi Program Tol Laut membutuhkan dukungan secara sinergis dari kementerian/lembaga terkait, pelaku usaha, penyedia jasa logistik dan transportasi, hingga pemerintah daerah.

    Pemerintah-pemerintah daerah yang dilewati Program Tol Laut harus memanfaatkannya tidak hanya untuk meningkatkan ketersediaan barang kebutuhan pokok dan barang penting serta mengurangi disparitas harga, namun juga untuk mendorong komoditas wilayahnya.

    Sosialisasi Program Tol Laut perlu lebih ditingkatkan kepada pihak pemerintah daerah dan pelaku usaha setempat.

 

Bandung, 4 November 2018

 

Setijadi
Chairman | Supply Chain Indonesia
E-mail : setijadi@SupplyChainIndonesia.com
www.SupplyChainIndonesia.com

 

Download Catatan ini:

  Catatan SCI - Fokus Komoditas untuk Optimalkan Tol Laut (748.1 KiB, 374 hits)

Komentar

comments

Tagged under: Catatan, Catatan Logistik, distribusi, KOMODITAS, Konsultasi, Lembaga Konsultasi Logistik, Lembaga Pelatihan Logistik, Lembaga Penelitian Logistik, Logistics, LOGISTIK, Logistik Indonesia, pelatihan, Penelitian, pengembangan, Pengkajian, Pergudangan, rantai pasok, sertifikasi, Sertifikasi Logistik, Sertifikasi Supply Chain, Supply Chain, Supply Chain Indonesia, Tol Laut, transportasi, Trayek Tol Laut

What you can read next

Angkutan Logistik ke Luar Jabodetabek Bakal Dipelototi
SPIL Dukung Digitalisasi Industri Pelayaran
Antrean Truk Mulai Berkurang: Aktivitas di Pelabuhan Ketapang Belum Normal

Recent Posts

  • Bakal Ada Jalur Kapal Langsung dari Pelabuhan Belawan ke India

    Jakarta – PT Pelabuhan Indonesia Persero ...
  • Pemerintah Berlakukan Kebijakan Larangan Truk Muatan Berlebih, Ketua ALFI Sulselbar: Akan Pengaruhi Harga Barang

    HERALDSULSEL.ID, MAKASSAR — Kebijakan larangan ...
  • Menkeu Optimistis Ekonomi Kuartal IV 2022 Tumbuh di Atas 5,3 Persen

    JawaPos.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mul...
  • Terminal Peti Kemas Surabaya Layani Tiga Service Baru Mulai Januari 2023

    Terminal Peti Kemas Surabaya (TPS) sebagai anak...
  • PT Pelni Tambah Dua Kapal Masuk ke Pelabuhan Ambon pada 2023, Begini Penjelasannya

    Ambon (ANTARA) – PT Pelni Cabang Ambon me...
  • GET SOCIAL

Copyright © 2017, SUPPLY CHAIN INDONESIA | Komplek Taman Melati B1/22 Pasir Impun Bandung 40194 Indonesia

TOP
WhatsApp chat