Jakarta, JMOL – Perkembangan bisnis galangan kapal belum mendapat dukungan berbagai pihak, sehingga sulit bersaing. Padahal, potensi angkutan laut di Indonesia sangat besar. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Bidang Industri, Kewirausahaan, dan Dana Usaha (APMI), Andhi Kusuma.
“Beberapa kendala yang dihadapi oleh industri galangan kapal adalah sulitnya berproduksi secara efisien,” ujanya kepada Jurnal Maritim, Selasa (21/4). Ia menjelaskan, kebijakan tarifnya masih lebih mahal dibanding perusahaan galangan kapal di negara lain. “Bahkan, dukungan dari industri komponen masih minim.”
Andhi mengungkapkan bahwa dukungan industri komponen masih lemah, di antaranya masih terbatasnya bahan baku besi baja maupun peralatan teknis lainnnya, yang masih tergantung dari impor. Terkait market galangan kapal, Andhi menuturkan untuk menggambarkan berapa market industri ini, ada dua hal yang bisa jadi patokan.
“Pertama, menurut data Indonesian National Shipowners’ Association (INSA), 75 persen dari 13 ribu kapal niaga nasional berusia 20 tahun ke atas, yang memerlukan revitalisasi atau peremajaan,” ungkap dia.
Dikatakan Andhi, patokan kedua adalah permintaan jumlah kapal, yang diyakini akan meningkat menyusul pemberlakuan azas cabotage pada 2015. Azas Cabotage memungkinkan industri pelayaran nasional, terutama untuk angkutan laut berkembang pesat. “Pada gilirannya akan berdampak luas juga kepada pertumbuhan industri galangan kapal.”
Sumber dan berita selengkapnya:
http://jurnalmaritim.com/2015/04/galangan-kapal-sulit-berproduksi-kenapa/