Oleh: Setijadi | Chairman Supply Chain Indonesia
- Sektor transportasi Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Supply Chain Indonesia (SCI) memprediksi sektor transportasi Indonesia pada tahun 2019 akan tumbuh sebesar 11,56% menjadi Rp 740,4 triliun. SCI memprediksi kontributor tertinggi masih dari angkutan darat sebesar Rp 380,8 triliun (51,43%) dan angkutan udara sebesar Rp 282,2 triliun (38,12%). Angkutan laut berkontribusi sebesar 6,50% angkutan darat (jalan), angkutan sungai, danau, dan penyeberangan sebesar 2,30% dan angkutan rel sebesar 1,66%.
Walaupun angkutan darat berkontribusi tertinggi, namun tingkat pertumbuhan tertinggi pada tahun 2019 diprediksi pada angkutan udara (17,37%) dan angkutan rel (17,11%). Pertumbuhan angkutan-angkutan lainnya diprediksi di bawah 10%, yaitu angkutan darat (jalan) 7,55%, angkutan laut sebesar 6,65%, serta angkutan sungai, danau, dan penyeberangan sebesar 6,24%. - Sebagai bagian dari transportasi udara, industri kargo udara juga mengalami pertumbuhan signifikan pada tahun 2019. Berdasarkan data dari beberapa perusahaan angkutan udara yang beroperasi di Indonesia bagian tengah, misalnya, tercatat pertumbuhan rata-rata sebesar 7%.
Angkutan kargo udara tersebut berupa barang cepat rusak/perishable (daging, sayur, dan buah), barang khusus berupa vaksin, sampel batu bara, dan lain-lain.
Perkembangan kargo udara terkendala persoalan seperti sewa dan biaya tinggi di beberapa gudang bandara, serta layanan pemeriksaan keamanan barang dan pos yang juga berbiaya tinggi.
Selain itu masih terjadi ketidakcermatan penanganan bongkar muat di bandara yang mengakibatkan barang rusak atau salah kirim. - Melalui kementerian terkait, Pemerintah perlu mengatur penetapan standar layanan minimum (SLM) dan batas atas biaya gudang di Pengaturan tarif di gudang kargo sangat penting agar tidak terlalu membebani pengirim barang, terutama jika hanya tersedia satu pilihan gudang di terminal kargo.
Layanan pemeriksaan keamanan barang dan pos sebaiknya dilakukan pengelola bandara. Bila pengelola bandara bekerja sama dengan swasta, maka seharusnya biaya tersebut ditanggung oleh pengelola bandara karena pengirim sudah dikenai cargo service charge.
Terkait dengan SLM, semua petugas penanganan barang dan pos di bandara perlu mendapatkan pelatihan penyegaran pengetahuan dan keahlian setiap enam bulan sekali. Selain agar sesuai dengan perkembangan tata cara penanganan barang, juga agar dapat melakukan proses bongkar muat dengan lebih cepat, lebih aman, dan lebih tepat.
Selain itu, jumlah petugas harus sesuai dengan beban kerja dan dilengkapi peralatan/alat bantu pekerjaan bongkar muat di semua bandara. - Salah satu potensi dalam peningkatan kargo udara adalah pemanfaatan dan pengembangan Bandara Kertajati sebagai hub pengangkutan kargo udara di wilayah tengah dan selatan
Di Bandara yang baru tersebut, diperlukan peningkatan sarana dan prasarana, terutama pergudangan dan peralatan penanganan barangnya.
Untuk mempercepat pencapaian tujuan itu, Pemerintah perlu memberikan insentif kepada operator pengangkutan kargo udara yang bersedia memanfaatkan Bandara Kertajati sebagai hub, sehingga dapat menjadi pusat transit dan penyebaran pengangkutan barang dan pos melalui udara dari wilayah utara/barat ke wilayah tengah/timur atau sebaliknya.
Bandung, 22 Agustus 2019
Setijadi
Chairman | Supply Chain Indonesia
E-mail : setijadi@SupplyChainIndonesia.com
www.SupplyChainIndonesia.com
Download Catatan ini:
Catatan SCI - Industri Kargo Udara Indonesia (652.5 KiB, 706 hits)