JAKARTA – Pelaku usaha forwarder dan logistik mendesak pengelola terminal kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok mengantisipasi potensi kepadatan arus barang impor menjelang persiapan bulan puasa dan hari raya Idulfitri.
Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta Widijanto mengatakan aktivitas importasi barang melalui Tanjung Priok umumnya meningkat menjelang Ramadan dan Lebaran terutama untuk barang kebutuhan konsumsi.
Oleh karena itu, dia menilai pengelola terminal kontainer perlu menjaga tingkat kepadatan atau yard occupancy ratio (YOR) terminal sehingga arus barang atau dwelling timebisa ditekan.
MENGACU YOR
Sementara itu, Kepada Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Bay M. Hasani mengatakan prosedur relokasi barang impor keluar terminal lini satu pelabuhan tetap mengacu pada batas maksimal YOR rata-rata 65% atau setelah barang impor menumpuk lebih dari tujuh hari.
“Kalau direlokasi setelah hari ke tiga, lalu siapa yang menanggung biaya relokasi tersebut. Kita mesti kaji mendalam hal ini sebab jangan sampai mengejar target menekan dwelling time tetapi justru membuat beban biaya pemilik barang bertambah,” ujarnya.
Sumber dan berita selengkapnya:
Bisnis Indonesia, edisi cetak 3 Juni 2015