Sudah 31 tahun lamanya perjalanan JNE membersamai roda perekonomian nasional. Selama itu pula, perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman dan logistik itu mengabdi demi memberikan pelayanan terbaiknya untuk menciptakan kepuasan kepada para konsumennya. JNE atau nama lengkapnya PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir didirikan pada tanggal 26 November 1990 oleh Bapak H. Soeprapto Suparno. Menurut sumber Wikipedia, pada awalnya JNE dirintis sebagai salah satu divisi dari PT Citra van Titipan Kilat (TIKI) yang bertugas dalam mengurus jaringan kurir internasional. Walau hanya diawali oleh delapan orang dan kapital 100 juta, JNE memulai kegiatan usahanya dengan berpusat pada penanganan kegiatan kepabeanan, impor kiriman barang, dokumen, serta pengantarannya dari luar negeri ke Indonesia.
JNE terus mengepakkan sayapnya melalui jaringan internasional dengan bergabung sebagai anggota ACCA, suatu asosiasi perusahaan-perusahaan kurir beberapa negara di Asia. Hal tersebut memberikan kesempatan kepada JNE untuk memperluas wilayah antaran hingga ke seluruh dunia. Setelah itu, JNE juga memutuskan untuk memusatkan pada jaringan domestik dan memperluas pelayanannya dengan logistik dan distribusi. Kini, pelayanan JNE dapat dengan mudah kita temui, karena kantor-kantor dan agen-agen JNE sudah menjamur di seluruh kota hingga ke pelosok daerah di Indonesia.
Saya sendiri pertama kali menggunakan jasa pengiriman JNE pada 9 tahun yang lalu, ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Bisa dikatakan daerah tempat tinggal saya merupakan daerah terpencil, yang kalau dilihat di peta hampir tidak terlihat keberadaannya. Segala fasilitas pelayanan umum hingga usaha-usaha untuk menunjang kebutuhan-kebutuhan pribadi masih sangat terbatas. Akan tetapi, saat itu JNE sudah hadir di kota saya untuk memfasilitasi berbagai macam jenis pengantaran. Hal ini dimanfaatkan beberapa pelaku UMKM untuk lebih mengembangkan usaha bisnisnya, bersamaan dengan dimulainya perkembangan usaha-usaha toko online di era digital.
Saya ingat betul, pada tahun 2013-an, perkembangan usaha ekonomi melalui pasar digital, seperti e-commerce, mulai marak di berbagai platform media sosial. Saat itu, saya mulai berbelanja online pertama kali untuk membeli buku. Saya sangat senang membaca, tapi daerah di kota saya belum dibuka toko buku sehingga sulit untuk saya mencari buku-buku bacaan selain dari perpustakaan sekolah. Kalau pun ke kota besar, jaraknya sangat jauh dan tidak efektif karena memakan lebih banyak waktu dan biaya. Solusi terbaik pada saat itu, ya hanya berbelanja melalui e-commerce.
Mungkin bisa dihitung 1—2 kali dalam sebulan saya membeli buku, seperti buku novel atau komik. Saya banyak menabung dari hasil uang jajan selama sebulan, maka dari itu saya bisa rutin membeli buku. Alhasil, karena seringnya melihat saya membeli buku-buku bacaan, teman-teman saya pun jadi ikut penasaran seberapa serunya sih menghabiskan waktu dengan membaca. Jiwa bisnis saya pun dimulai pada saat itu. Saya menawarkan beberapa rekomendasi novel pada teman-teman saya dan mereka pun tertarik.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://www.kompasiana.com/arinapri/61d52e262da2372e787ebed2/jne-bersamai-roda-ekonomi-daerah
Salam,
Divisi Informasi