Pemerintah bersama BUMN serta swasta harus mengebut pembangunan infrastruktur, khususnya bidang jalan tol, agar daya saing infrastruktur Indonesia kian membaik.
Data Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) 2014, yang dilansir belum lama ini, menyebutkan infrastruktur di Indonesia menempati peringkat 61 dari 144 negara. Posisi ini masih berada jauh dari Malaysia dan Thailand. Begitupun World Economic Forum pada 2013-2014 melansir tingkat daya saing bandara Indonesia di dunia masih berada di urutan ke-68, sedangkan Malaysia dan Thailand menempati peringkat 20 dan 34.
Seperti diketahui, infrastruktur merupakan salah satu fokus utama di era pemerintahan baru Jokowi-JK.Terkait hal ini, Presiden Jokowi berencana membangun 2.000 km jalan baru, merenovasi 10 pelabuhan dan bandara, 10 area industri beserta hunian bagi para buruh, dan setidaknya 5.000 pasar tradisional. Prioritas ini juga akan dikemukakan pada pertemuan G20 di Brisbane, Australia, pada November 2014 ini.
Dalam satu dekade terakhir, khususnya dalam hal pembangunan jalan tol, terasa terseok-seok. Bahkan pertumbuhan per tahun sekitar 10-15 km saja, terasa hampir sama dengan pertumbuhan proyek tol zaman sebelum reformasi. Kendati dalam soal regulasi mengenai investasi swasta atau BUMN sudah terbuka, kenyataanya proyek tol masih berjalan lambat.
Menanggapi hal ini, Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk, Adiyawarman, kepada Koran Jakarta menegaskan perseroan siap mendukung program pemerintah serta mempercepat pembangunan jalan yang telah dimiliki konsesinya. Jasa Marga, tegas Adityawarman, siap berebut tender proyek tol baru, mengakuisisi, ataupun mengerjakan proyek tol berkonsep right to match (proyek inisiatif).
Sumber dan berita selengkapnya:
http://www.koran-jakarta.com/?23516-kebut%20pembangunan%20jalan%20tol