JAKARTA-Pemerintah menilai perlu skema komprehensif dan integrasi antarmoda transportasi yang memadai guna meningkatkan kinerja sekaligus menekan biaya logistik nasional yang masih mencapai 26% dari pendapatan domestik bruto total.
Laporan Logistic Performance Index (LPI) 2014, kinerja logistik Indonesia berada pada posisi 53 dengan skor rata-rata 3,08. Kendati telah mengalami perbaikan setiap tahun, kinerja logistik nasional masih terpaut jauh di bawah Negara Asean lainnya seperti Singapura yang berada di posisi 5, Malaysia di peringkat 25, Thailand peringkat 35 dan Vietnam yang bertengger di posisi 48.
Aktivitas logistik nasional masih didominasi oleh angkutan jalan yaitu 91,25%, kereta api 0,63%, dan penyebrangan 0,99%. Sementara untuk sektor angkutan laut menyumbang 7,07%, udara 0,05% dan sungai 0,01%. Aktivitas logistik yang banyak bertumpu pada angkutan jalan menyebabkan biaya distribusi barang mencapai 30% dari harga jual barang.
Staf ahli Menteri Bidang Logistik dan Multimoda Kementerian Perhubungan Sugiharjo mengatakan kinerja logistik nasional yang tertinggal oleh Negara Asean lainnya disebabkan fokus transportasi masih pada penataan dan pengaturan pergerakan orang ketimbang angkutan barang.
Menurutnya, ada dua langkah yang perlu dilakukan terkait efisiensi di pelabuhan. Pertama, system dan prosedur yang harus di dukung dengan system teknologi informasi yang baik antarinstansi yang berada di pelabuhan. Kedua, adanya restrukturisasi kelembagaan instansi di pelabuhan dengan menunjuk salah satu instansi sebagai penanggung jawab kelancaran barang dari masuk hingga keluar pelabuhan.
Sumber dan berita selengkapnya:
Bisnis Indonesia, edisi cetak 22 Oktober 2014