JAKARTA-Para pelaku usaha forwarder mendesak operasional depo penyimpanan peti kemas kosong di luar pelabuhan Tanjung Priok untuk beroperasi nonsetop 24 jam guna memberikan kepastian biaya logistik.
Sekretaris Wilayah Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta Adil Karim mengatakan sampai saat ini hanya sebagian kecil atau tidak lebih 10% pengelola depo peti kemas kosong (empty) yang menjadi penopang kegiatan ekspor impor di pelabuhan Priok beroperasi 24 jam.
“Mayoritas depo empty belum beroperasi 24 jam. Kondisi ini menyulitkan forwarder karena saat hendak mengembalikan peti kemas kosong eks impor tetapi depo sudah tutup sore hari, terpaksa trucking harus kembali pada pagi hari esoknya,” ujarnya, Selasa (2/12).
Menurutnya, ALFI juga mempersoalkan pengenaan tarif pelayanan di depo peti kemas empty yang hingga saat ini tidak melibatkan asosiasi pengguna jasa di pelabuhan Tanjung Priok.
Dia mengatakan komponen biaya layanan di depo empty tersebut di antaranya menaikkan dan menurunkan peti kemas atau lift on-lift off, penumpukan, pencucian/pembersihan peti kemas, juga ada biaya perbaikan peti kemas atau repair.
Sumber dan berita selengkapnya:
Bisnis Indonesia, edisi cetak 3 Desember 2014