Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan data statistik ekspor-impor Indonesia pada September 2020 bisa menjadi salah satu indikasi awal pemulihan ekonomi Indonesia. Perkembangan ini memberikan optimisme pemulihan sektor logistik.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor September mencapai US$14,01 miliar naik 6,97% (m-to-m) dibanding Agustus 2020. Nilai ekspor tertinggi dari industri pengolahan sebesar US$11,56 miliar. Pada periode itu, ekspor non-migas berkontribusi sebesar 94,98%.
Sementara, pada periode itu impor juga naik 7,71% mencapai US$11,57 miliar (m-to-m). Impor bahan baku/penolong sebesar US$8,32 miliar atau naik 7,23% (m-to-m). Impor bahan baku/penolong berkontribusi sebesar 71,87%, barang modal sebesar 18,45%, sedangkan konsumsi sebesar 9,68%.
Indikasi positif pemulihan perekonomian tersebut harus segera disikapi oleh sektor logistik Indonesia, terutama di sektor kepelabuhanan karena sekitar 90% perdagangan dunia melalui transportasi laut.
Penyedia dan pelaku logistik beserta pihak-pihak terkait harus mempersiapkan diri meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya dengan memanfaatkan teknologi informasi yang terus berkembang seperti big data analytics, cloud logistics, internet of things, serta robotics and automation.
Setijadi menjelaskan pada tahap awal perlu dilakukan perbaikan proses bisnis, serta peningkatan teknologi/fasilitas dan kompetensi SDM. Implementasi supply chain management (SCM) tidak bisa ditawar untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas dengan integrasi proses bisnis oleh semua entitas dalam supply chain.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://www.topreneur.id/masalah-kepelabuhanan-tidak-cukup-dengan-digitalisasi/
Salam,
Divisi Informasi