Oleh: Eko Kusuma Suryanzah
Praktisi Teknologi Informasi Industri Perbankan di Singapura
Sebuah infrastruktur tunggal mampu mewujudkan interaksi/komunikasi secara menyeluruh dalam sebuah aktivitas supply chain (end-to-end). Ide ini muncul setelah sekian lama terlibat dalam interaksi antar seluruh bank di dunia dengan menggunakan sebuah infrastruktur tunggal yang dinamakan SWIFT. Infrastruktur tersebut dibangun berawal dari keinginan bersama beberapa bank di Eropa untuk memiliki sebuah standardisasi proses dan perangkat (lunak/keras).
Aktivitas supply chain menuntut interaksi dalam bentuk dokumen atau pertukaran data antar organisasi atau korporasi dalam kegiatan operasionalnya. Pada prosesnya ternyata banyak kesamaan bagaimana seluruh bank di dunia saling berinteraksi dan melakukan pertukaran data yang telah dirintis sejak tahun 1970-an.
Sesuatu yang sangat menarik, bagaimana garam yang kita digunakan untuk memasak bisa sampai di dapur kita atau bagaimana baju yang dipakai saat ini bisa sampai di dalam lemari. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat proses sebuah rantai yang terdiri dari mata rantai saling berhubungan. Para petani kapas sebagai mata rantai terhubung dengan mata rantai penghasil benang, terhubung lagi kepada mata rantai industri kain yang akan mengolah benang itu, sampai akhirnya semua mata rantai ini terhubung dan menghasilkan baju.
Ketersedian dan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat dan cepat saat ini, memiliki kekuatan yang cukup untuk memudahkan setiap pelaku atau setiap mata rantai saling berinteraksi untuk memudahkan proses secara end-to-end.
Ide Sederhana Membangun Infrastruktur Tunggal
Supply chain adalah sesuatu yang dibangun melalui interaksi antar organisasi atau korporasi. Dalam cakupan yang besar, end-to-end dari sebuah mata rantai akan meliputi empat aspek kegiatan atau prosedur yang umumnya sudah disepakati sebagai aturan bersama dalam berinteraksi. Keempat aspek tersebut yaitu:
- Aspek/prosedur dalam hal komersial yang sangat terkait dengan informasi kontrak atau perjanjian jual beli, seperti harga, jumlah/volume, atau waktu antara kedua pihak.
- Aspek transportasi terkait dengan pemindahan barang-barang komersial dari satu titik ke titik berikutnya.
- Aspek regulasi merupakan sebuah prosedur atau tahapan yang harus dijalani sesuai aturan atau UU yang telah ditetapkan oleh regulator.
- Aspek keuangan, bagaimana proses penyelesaian pembayaran antara semua pihak yang terlibat.
Keempat aspek tersebut merupakan prosedur yang harus dijalani dalam setiap proses supply chain dan selalu melibatkan interaksi antar korporasi/organisasi, interaksi dengan pihak pemerintah, pihak keuangan (mungkin bank), dan pihak-pihak yang menyediakan alat transportasi.
Mari kita bayangkan apakah mungkin semua interaksi (pertukaran data/dokumen) bisa berjalan dengan sebuah perangkat/infrastruktur tunggal yang menyatukan semua pelaku bisnis, regulator, jasa keuangan, dan penyedia transportasi, sehingga semua pelaku hanya perlu memilki satu pintu untuk berinteraksi dengan semua pihak.
Untuk menyelesaikan urusan dengan regulator, korporasi cukup berinteraksi dengan perangkat tunggal dalam pertukaran data. Penyedia layanan transportasi, hanya cukup memiliki interaksi dengan perangkat tunggal ini untuk berinteraksi dengan semua pihak yang membutuhkannya. Untuk mendapatkan layanan dari semua bank, korporasi juga cukup memiliki satu pintu ini untuk berinteraksi dengan semua bank yang ikut berpartisipasi dalam infrastruktur tunggal ini.
Cerita Sukses Infrastruktur Tunggal
Menjelang tahun 1980, beberapa bank di Eropa berinisiatif untuk membangun sebuah infrastruktur tunggal dimana semua bank diharapkan bisa menggunakan infrastruktur atau perangkat ini untuk melakukan segala bentuk interaksi antar bank melalui pertukaran dokumen secara elektronik. Dengan demikian, terbentuklah sebuah perangkat yang mampu menyatukan semua bank di dunia agar hanya perlu memiliki satu pintu guna berinteraksi dengan semua bank. Cukup perlu satu perangkat untuk mengirimkan informasi transfer uang dari bank di Afrika Selatan ke bank lain yang mungkin berada di Indonesia.
Berpusat di Belgia, para pelaku dunia perbankan merancang semua bentuk interaksi antar bank mulai dari proses pengiriman uang, interaksi untuk membuat kontrak LC, interaksi untuk mempertukatkan mata uang, interaksi untuk bertransaksi surat berharga, dan masih ada ratusan dokumen yang sudah di standardisasi serta digunakan secara seragam oleh semua bank di dunia. Infrastruktur ini, juga bisa menghubungkan semua bank dengan regulator perbankan dengan nasabah korporasi atau dengan lembaga keuangan non bank lainnya.
Bayangkan hanya dengan satu pintu bank bisa berkomunikasi antar bank dan mereka memiliki cara yang sama dalam memahami dokumen yang dipertukarkan dan mereka memiiki proses atau aturan main yang sama dalam menjalankan proses bisnisnya.
Indonesia juga telah memiliki cerita sukses yaitu implementasi electronic data interchange (EDI) sebagai sarana untuk membangun infrastruktur tunggal untuk proses kepabeanan di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Hal ini, bisa menjadi cikal bakal yang bisa dikembangkan untuk mengintegrasikan semua pemain supply chain industri di seluruh Indonesia.
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI_-_Artikel_Membangun_Infrastruktur_Tunggal_dalam_Supply_Chain_Bagian_1_dari_3.pdf (345.0 KiB, 0 hits)