Oleh: Dr. Zaroni, CISCP., CFMP.
Head of Consulting Division | Supply Chain Indonesia
Indonesia memiliki tidak kurang dari 74.957 desa. Potensi desa di Indonesia memberikan nilai ekonomi dari berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan, perikanan, desa wisata, energi terbarukan, dan lain-lain. Komitmen pemerintah untuk membangun Indonesia dari pinggiran atau desa melalui alokasi dana desa. Pada tahun 2018, alokasi dana desa dianggarkan sebesar Rp 60 triliun atau rata-rata alokasi dana untuk setiap desa Rp 800 juta.
Kementerian Desa menyebutkan bahwa pemanfaatan dana desa per Maret 2018 untuk pembangunan infrastruktur ekonomi dan beberapa sarana seperti jalan desa (123.145 km), jembatan (791.258 m), pasar desa (5.220 unit), embung (1.927 unit), tambatan perahu (2.882 unit), BUM Desa (26.070-unit kegiatan), dan sarana olah raga (3.004 unit). Dana desa diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, mengubah paradigma pembangunan desa, menurunkan jumlah penduduk miskin, peningkatan partisipasi masyarakat, peningkatan kompetensi kepemerintahan, peningkatan kesempatan kerja, dan peningkatan produktivitas usaha.
Potensi ekonomi desa umumnya berasal dari sektor pertanian (61.821 desa), perkebunan (20.034 desa), dan perikanan (12.827 desa). Hasil produksi dari sektor ekonomi desa tersebut perlu dipasarkan ke kota kabupaten, provinsi, bahkan diekspor. Perdagangan komoditas dan produk-produk desa diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi dan kesejahteraan masyarakat desa.
Logistik memainkan peran penting bagi kelancaran perdagangan komoditas dan produk dari desa ke kota. Konsep logistik perdesaan mencakup transportasi, distribusi, penyimpanan, penanganan bahan, pengemasan barang di daerah perdesaan, serta aliran informasi dan dana untuk mendukung produksi dan konsumsi penduduk perdesaan. Logistik perdesaan lebih dari sekadar arus keluar (outbound) produk pertanian dari daerah perdesaan. Logistik perdesaan juga mencakup perpindahan input pertanian (seperti pupuk, mesin, peralatan, dan sarana pertanian) dan produk-produk konsumen ke daerah perdesaan. Selain itu, logistik perdesaan mencakup perpindahan barang industri ringan rumahan yang diproduksi di desa.
Umumnya, arus logistik perdesaan memiliki karakteristik:
- Arus keluar produk pertanian yang sangat musiman;
- Aliran masuk input pertanian yang juga musiman tetapi mendahului arus keluar produk pertanian beberapa minggu atau bulan;
- Arus keluar tetap untuk barang-barang industri ringan rumahan.
Pengembangan logistik perdesaan sebagai bagian penting dari modernisasi sektor pertanian di Indonesia untuk meningkatkan standar hidup penduduk perdesaan. Selain itu, hal ini sebagai langkah penting menuju integrasi konektivitas perkotaan-perdesaan dan peningkatan kualitas kehidupan desa.
Karakteristik Logistik Perdesaan
Pertanian di Indonesia sangat terfragmentasi dengan setiap rumah tangga perdesaan yang bertindak sebagai unit produksi skala kecil. Seluruh rantai pasokan mulai dari pengadaan input pertanian hingga penanaman, panen, dan transportasi produk dilakukan oleh operator skala mikro dan tingkat efisiensi organisasi yang rendah. Fragmentasi pertanian ini, pada gilirannya memengaruhi skala dan produktivitas operator logistik perdesaan.
Secara keseluruhan, perbedaan antara logistik perkotaan dan perdesaan disebabkan oleh perbedaan antara budaya perkotaan dan perdesaan, standar hidup, dan metode produksi.
Produksi pertanian pada umumnya terkonsentrasi pada musim-musim tertentu, tetapi penduduk perdesaan menuntut makanan pokok setiap hari sepanjang tahun. Produk pertanian yang berbeda memiliki waktu tanam, pertumbuhan, dan panen yang berbeda, serta membutuhkan input pertanian yang berbeda.
Aliran keluar dari produk pertanian jarang diselaraskan dengan aliran masuk input pertanian dan barang konsumen, sehingga penyimpanan dan pergudangan yang memadai sangat penting untuk menyeimbangkan aliran masuk dan keluar, serta untuk memperlancar produksi pertanian musiman.
Berbagai macam produk pertanian dan metode produksi menciptakan keragaman dalam logistik perdesaan. Pertanian mencakup pemeliharaan tanaman, kehutanan, dan produksi ternak yang semuanya sangat bervariasi dalam jumlah lahan yang dibutuhkan dan kesulitan pengoperasiannya.
Setiap jenis pertanian memerlukan berbagai jenis layanan logistik dan menimbulkan biaya logistik yang berbeda. Fakta bahwa Indonesia adalah produsen pertanian utama dengan variasi yang luas di antara ekonomi regionalnya, semakin menambah keragaman logistik perdesaan.
Tingkat pengangkutan kosong yang tinggi dan pemanfaatan kapasitas kendaraan yang rendah adalah permasalahan umum di daerah perdesaan. Kerugian produk pascapanen seringkali tinggi karena kurangnya fasilitas untuk penyimpanan berpendingin (cold storage), pengemasan, pemrosesan, dan pengawetan. Fasilitas yang lebih baik akan lebih efektif dalam melindungi kesegaran dan keamanan produk pertanian, serta memperluas ketersediaan dan jangkauan pasar.
Rantai pasokan pertanian dapat dilihat sebagai jalur pipa untuk aliran produk, informasi, serta dana yang efisien dan efektif. Memang, kecenderungannya adalah menuju integrasi rantai pasokan yang menghubungkan produsen dan pemangku kepentingan, konsentrasi yang lebih besar dari pertanian, pengolah makanan, dan pedagang besar.
Dari perspektif manajemen, rantai pasokan pertanian secara inheren lebih kompleks, lebih kacau, dan jauh lebih sulit untuk dikendalikan daripada rantai pasokan untuk sebagian besar produk manufaktur. Misalnya, rantai pasokan untuk hasil pertanian yang mudah rusak sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur alami (musim, curah hujan, kekeringan, suhu, serangan jamur, virus, dan hama).
Karakteristik khusus dari rantai pasokan pertanian meliputi:
- Rantai pasokan tipe “push” dengan daya tanggap, fleksibilitas, dan kelincahan yang terbatas. Sebagai contoh, pohon buah biasanya mulai berbuah beberapa tahun setelah penanaman. Setelah penanaman selesai, sangat sulit untuk menyesuaikan dengan perubahan permintaan. Bahkan untuk tanaman siklus pendek seperti sayuran, jumlah aktual yang dipasok dalam jangka pendek tidak ditentukan oleh permintaan konsumen tetapi oleh unsur-unsur seperti hujan, cuaca, serangan serangga, dan penyakit tanaman.
- Musiman dan siklus. Budidaya tanaman sangat musiman menyebabkan puncak pasokan pada waktu panen dapat melebihi permintaan. Selain itu, harga tinggi yang didorong oleh permintaan tinggi sering memikat para petani untuk menambah banyak penanaman, akibatnya terjadi kelebihan produksi.
- Pertanian cenderung padat karya, kecuali untuk produksi biji-bijian, kedelai, dan jagung di pertanian dengan lahan luas.
- Pertanian hanya memiliki skala kemampuan terbatas. Pertumbuhan terbaik untuk berbagai produk pertanian ditentukan oleh iklim, tanah, dan pasokan air. Tanah subur langka dan semakin langka karena urbanisasi dan industrialisasi yang sering menghilangkan lahan terbaik dari pertanian. Peningkatan permintaan atau gangguan pasokan dapat dengan cepat menaikkan harga produk segar.
- Produksi pertanian dicirikan oleh ketidakpastian dan ketahanan yang rendah. Pertanian sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur alami yang berada di luar kendali petani. Kekeringan, banjir, angin, penyakit, dan serangan serangga dapat menghapus seluruh tanaman.
- Risiko permintaan tinggi, seperti risiko volatilitas harga. Selera konsumen untuk produk pertanian bisa berubah-ubah menyebabkan perubahan permintaan yang tiba-tiba. Bahkan perubahan kecil dalam permintaan dapat menyebabkan perubahan besar dalam harga produk.
- Ada permintaan konsumen untuk kualitas makanan yang lebih tinggi (yaitu, lebih segar, enak, lebih bergizi, dan lebih disukai organik) dan untuk keamanan pangan yang lebih tinggi.
- Biaya logistik (sebagai persentase dari harga jual) tinggi. Tingkat kerusakan produk dan preferensi konsumen untuk kesegaran menyebabkan transportasi tinggi, biaya penyimpanan, dan risiko pembusukan. Selain itu, biaya manajemen logistik produk pertanian semakin tinggi, terutama ketika produk harus dikemas dan didinginkan, diangkut dalam kendaraan berpendingin, dan kemudian ditempatkan di fasilitas cold storage saat pengiriman.
Perbaikan Logistik Perdesaan
Memperhatikan karakteristik sektor pertanian di Indonesia dan permasalahan logistik perdesaan yang dihadapi, beberapa inisiatif strategis perbaikan logistik pertanian mendesak untuk dilakukan. Area perbaikan mencakup sektor publik dan sektor swasta.
Secara umum, pemerintah harus fokus pada peningkatan kinerja sektor publik:
- Menciptakan lingkungan bisnis yang ramah untuk perusahaan perdesaan, seperti BUMDes, koperasi, serta usaha perorangan skala kecil dan menengah;
- Merumuskan kebijakan, undang-undang, dan peraturan dengan mendapatkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan;
- Menumbuhkan pasar yang terbuka dan kompetitif agar mendorong perusahaan logistik perdesaan yang efisien, andal, aman, beretika, dan berkinerja baik;
- Mengembangkan standar dan spesifikasi yang tepat;
- Berinvestasi di perdesaan dalam pembangunan infrastruktur dasar, seperti jalan desa, terminal angkutan produk pertanian, penyimpanan sementara, dan gudang pengepakan.
Sementara itu, sektor swasta perlu didorong untuk lebih memainkan perannya dengan:
- Perusahaan logistik yang lebih efisien dan lebih andal;
- Mengadopsi model bisnis baru, teknologi baru, dan metode baru;
- Mengoptimalkan operasi bisnis dan meningkatkan layanan pelanggan;
- Mengalokasikan modal perbaikan logistik perdesaan.
Logistik memainkan peran penting dalam produksi dan manajemen rantai pasokan produk pertanian yang pada akhirnya meningkatkan keamanan dan kualitas pangan. Perbaikan logistik perdesaan membantu para petani untuk memanen dan memasarkan produk pertanian dengan lebih efisien. Memfasilitasi sistem logistik perdesaan akan memperluas pasar produk pertanian dari desa ke kota dan pasar global.
Mengembangkan logistik perdesaan dapat menghasilkan saluran distribusi yang efektif dan efisien antara daerah perkotaan dan perdesaan. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas dan nilai produk pertanian dan menyediakan barang-barang konsumen (consumer goods) yang murah dan berkualitas di perdesaan. Perbaikan logistik perdesaan akan memberikan kesejahteraan masyarakat perdesaan dan pertumbuhan ekonomi desa yang berkeadilan untuk meningkatkan ketahanan desa.
Referensi:
- Asian Development Bank, Promoting Logistics Development in Rural Areas, 2017
- Michael P. Todaro, Stephen C. Smith, Economic Development, 12th edition, Pearson, 2015
- Zaroni, Circle of Logistics: Memahami Strategi dan Praktik Terbaik, Prasetiya Mulya Publishing, Oktober 2019.
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Memperkuat Logistik Perdesaan untuk Ketahanan Desa (739.0 KiB, 409 hits)