Oleh: Setijadi | Chairman at Supply Chain Indonesia
Rencana Kementerian Perhubungan menyediakan kapal ternak merupakan terobosan yang sangat positif. Penggunaan kapal ternak akan meningkatkan efisiensi biaya transportasi ternak. Untuk pasokan sapi potong ke Jakarta dan sekitarnya, misalnya, kapal ternak bisa digunakan untuk mengangkut ternak dari sentra pemasok, yaitu Jawa Timur, Nusa Tenggara, dan Sulawesi Selatan. Penggunaan kapal ternak dengan kapasitas yang besar akan menurunkan biaya transportasi.
Pemerintah perlu menggunakan momentum penggunaan kapal ternak sekaligus untuk memperbaiki transportasi hewan ternak dari hulu ke hilir. Perbaikan transportasi ternak ini diperlukan untuk mengurangi kerugian berupa penyusutan bobot dan mutu ternak selama perjalanan (akibat dehidrasi, luka, dan sebagainya).
Kerugian akibat penyusutan bobot sapi potong, misalnya, sangat besar. Diperkirakan penyusutan bobot sapi potong di Indonesia akibat kondisi transportasi antara 5-12%. Dengan perhitungan untuk jumlah sapi potong sebanyak 500 ribu ekor per tahun, bobot rata-rata sapi potong lokal 350kg/ekor, dan harga per kg bobot hidup sapi sebesar Rp36.000, maka kerugian mencapai lebih dari Rp 535 miliar per tahun.
Penggunaan kapal ternak harus didukung dengan penataan dan pengembangan rantai pasok pada mata rantai lainnya. Hal ini diperlukan untuk efektivitas dan efisiensi proses secara keseluruhan.
Pada rantai pemasok (sisi hulu), harus dilakukan penataan dan pengembangan prosedur dan penataan kelembagaan untuk pengumpulan sapi potong dari para peternak. Proses pengumpulan dan konsolidasi ternak diperlukan karena para peternak memelihara sapi potong dalam jumlah kecil.
Perlu disiapkan beberapa infrastruktur pendukung, seperti sarana bongkar muat di berbagai simpul transportasi. Penyiapan armada (truk) juga harus disiapkan, baik untuk pengiriman ternak dari sentra pemasok ke pelabuhan keberangkatan, maupun dari pelabuhan tujuan ke RPH-RPH. Penyiapan sarana dan prasarana ini harus diarahkan untuk memenuhi standardisasi teknis dan proses dalam transportasi ternak.
Penataan juga diperlukan pada sisi hilir, perlu dilakuan penataan dan pengembangan prosedur untuk pendistribusian dan pengiriman ternak ke rumah potong hewan (RPH). Kapasitas dan fasilitas di RPH juga perlu ditingkatkan untuk memenuhi standardisasi teknis dan proses, sehingga diperoleh kecepatan proses, serta kualitas dan keamanan daging sapi yang dihasilkan.