PT Kereta Api Indonesia (Persero)/KAI optimis realisasi jumlah angkutan barang tahun 2018 masih bisa lebih tinggi. Beberapa komoditas yang diangkut antara lain batubara, kontainer, semen, BBM, perkebunan, general kargo, dan lain-lain. Batubara merupakan komoditas yang paling dominan diangkut dengan KA dengan volume bisa mencapai 66,13%. Pertumbuhan volume angkutan barang rata-rata ditargetkan 19% per tahun dan diprediksi batubara masih mendominasi.
Potensi KAI sangat besar melihat banyaknya permintaan pelanggan yang beragam seperti permintaan pengangkutan tepung terigu, semen, sapi (dari Banyuwangi ke Jakarta), dan lain-lain. Namun KAI belum bisa menindaklanjuti semua peluang yang ada karena beberapa pertimbangan seperti fasilitas penyimpanan dan penanganan yang berbeda-beda untuk masing-masing komoditas. Di lain sisi, dibutuhkan jalur khusus untuk kereta api barang karena kelebihan kapasitas lintasan yang mengakibatkan antrean angkutan barang.
Sejak tahun 2012 KAI sudah mengembangkan layanan untuk cold chain system. Pada saat ini sebagian pengangkutan reefer container di wilayah timur Indonesia sudah ditangani oleh KAI.
Pemerintah sedang mengembangkan jaringan perkeretaapian di beberapa wilayah, seperti double track di wilayah selatan Jawa yang diperkirakan selesai pada tahun 2018. Pengembangan lainnya di wilayah Sumut dan Sumbar yang ditargetkan sudah mulai bisa beroperasi pada tahun 2020-2021. Selain itu, Pemerintah juga sedang mengembangkan jaringan perkeretaapian di Krenceng, Cilegon, dan Banyuwangi.
Selain infratsruktur, teknologi menjadi salah satu fokus KAI dalam upaya peningkatan layanan dan penambahan kapasitas.
Beberapa permasalahan dalam pengangkutan barang dengan KA:
- Tarif yang sulit bersaing dengan
- Tarif angkutan kereta yang mahal, termasuk karena masalah muatan balik.
- Fleksibilitas angkutan kereta barang.
- Biaya infrastruktur menjadi salah satu kendala KAI.
- Upaya shifting KAI dengan truk memerlukan banyak penyesuaian.
- Kebutuhan penanganan sesuai karakteristik barang/komoditas dengan mempertimbangkan safety KA.
Beberapa upaya untuk mengoptimalkan kereta barang:
- Kesamaan pemahaman/persepsi dan tujuan antara regulator, operator, dan pengguna angkutan KA barang dalam membuat logistik yang efisien
- Pembangunan kawasan industri di dekat stasiun.
- Penurunan biaya dengan meningkatkan utilisasi angkutan barang, termasuk dengan pemanfaatan KA untuk pengangkutan komoditas unggulan di masing-masing daerah
- Untuk dapat bersaing dengan trucking, KAI perlu melakukan perubahan design/upgrade teknologi (rel dan gerbong), seperti penggunaan double stacking.
- Perlu kerja sama antara KA dan trucking sehingga upaya shifting pengangkutan barang ke KA bisa terealisasi.
- Pemerintah perlu mensosialisasikan benefit cost penggunaan kereta api barang, antara lain manfaat dalam mengurangi kemacetan, menurunkan tingkat kerusakan jalan, dan menurunkan tingkat polusi.
- Pemerintah perlu mempertimbangkan pembebasan PPN dan pemberian insentif/subsidi untuk pengangkutan barang dengan KA agar semakin kompetitif.
- Koordinasi antar semua pihak mulai dari kementerian/lembaga terkait, industri, akademisi, dan para penyedia jasa logitik BUMN maupun swasta untuk mengoptimalkan angkutan barang KA.
- Sinergi dengan para akademisi dalam melakukan pengkajian-pengkajian, antara lain penyesuaian teknologi penanganan barang (handling), kapasitas muat, dan tarif.
- Pemahaman dan pengembangan kompetensi SDM berbasis logistik perkeretaapian.
- Perlu sosialisasi yang lebih gencar mengenai produk/layanan yang dimiliki PT Kereta Api Logistik (Kalog) karena pengguna di beberapa wilayah masih belum banyak mengetahui Kalog.
- Penegakan peraturan pengangkutan barang dengan moda transportasi jalan, terkait dengan muatan lebih.
*Dirangkum dari hasil Diskusi “Optimalisasi Kereta Barang dan Sinergi Multimoda” yang diselenggarakan di Kampus STIMLOG Bandung pada
Sabtu, 20 Januari 2018.
Download Catatan ini: Catatan SCI - Optimalisasi Kereta Barang dan Sinergi Multimoda (480.2 KiB, 246 hits)