REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Distribusi logistik merupakan salah satu tantangan terbesar negara kepulauan seperti Indonesia. Hal ini mengingat penduduk 270 juta jiwa yang tersebar pada lebih dari 13 ribu pulau, pengangkutan barang lewat laut merupakan kunci dari pergerakan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan.
Kapal-kapal yang mampu mengangkut barang dalam jumlah besar, dengan harga yang wajar, menjadi pilihan yang paling rasional. Masalahnya, ongkos dan pelayanan pelayaran sulit distandarisasi lantaran sebaran penduduk dan tingkat perekonomian tidak merata.
Kapal-kapal dari pusat-pusat produksi di wilayah barat biasa berlayar menuju ke timur dengan muatan penuh. Namun dari timur, kapal-kapal ini kembali ke barat dengan palka hanya separuh terisi, atau bahkan kosong. Akibatnya, biaya logistik menjadi mahal.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pelabuhan di Indonesia Timur rata-rata memuat barang tak sampai separuh dari volume barang yang dibongkar. Pada 2020, tujuh pelabuhan strategis di Indonesia Timur (Bitung, Makassar, Biak, Ambon, Sorong, Jayapura, dan Tenau) membongkar 13,8 juta ton barang pada pelayaran domestik, tapi hanya memuat 6,2 juta ton barang, atau tidak sampai separuhnya.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://m.republika.co.id/berita/rn46mt423/pangkas-biaya-logistik-pelindo-perpendek-port-stay
Salam,
Divisi Informasi