JAKARTA: Antrean kapal di Pelabuhan Dumai, Provinsi Riau semakin parah menyusul rendahnya tingkat produktivitas bongkar muat barang pada gudang lini II pelabuhan.
Pada Minggu pekan lalu, sebanyak 13 unit kapal terpaksa labuh di laut akibat seluruh dermaga terisi kapal, sedangkan 10 unit kapal lagi diperkirakan segera menyusul dalam satu atau dua hari ke depan.
Ketua Dewan Pengurus Cabang Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Dumai Badaruzzaman Yoesha mengatakan antrean kapal terjadi karena gudang pada lini II tidak beroperasi 24 jam dan 7 hari.
Menurutnya kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Dumai sudah beroperasi 24 jam dan 7 hari, tetapi operasional mayoritas gudang lini II milik pemilik barang rata-rata hingga pukul 18.00.
Dia menjelaskan tingkat waiting time kapal general cargo mencapai 10 hari sebelum sandar dan melakukan bongkar muat barang.
Adapun biaya demorage-nya rata-rata Rp25 juta /hari sehingga operator kapal harus menanggung tambahan Rp250 juta.
Di sisi lain, katanya, waktu tunggu kapal jenis tanker berkisar antara 3—4 hari dengan demorage rata-rata US$10.000 per hari.
“Dengan demikian operator kapal harus menanggung rugi antara US$30.000—US$40.000,” ujarnya, kemarin, Selasa 17 April 2012.
Dia menambahkan para pemilik barang menolak kebijakan penumpukan barang kargo di pelabuhan. “Ketimpangan ini merugikan pelayaran karena waiting time armada semakin parah,” katanya saat dihubungi Bisnis, kemarin.
Pihaknya mendesak pemilik barang, operator pelabuhan, perusahaan bongkar muat dan stakeholders lainnya segera berkumpul untuk meredam dampak kongesti kapal di pelabuhan internasional itu.
Menurutnya kondisi antrean tersebut sudah berlangsung lama sehingga operator pelayaran dirugikan. “Solusinya sudah jelas yakni menambah produktivitas bongkar muat di gudang lini II,” ujarnya.
Saat ini, Pelabuhan Dumai didukung dengan dermaga sepanjang 1.246 meter yang terdiri dari dermaga A sepanjang 346 meter untuk curah kering dan general kargo, sedangkan dermaga B sejauh 600 meter dikhususnya untuk muat cair.
Adapun dermaga C sepanjang 500 meter masing-masing dimanfaatkan untuk kapal-kapal curah kering sepanjang 300 meter dan sisanya untuk curah cair. Sedangkan arus kunjung kapal rata-rata mencapai 60–70 unit per bulan.
Selain di Pelabuhan Dumai, kongesti kapal juga masih terjadi di Pelabuhan Pontianak, Kalimantan Barat. Hingga saat ini, waiting time kapal di pelabuhan internasional tersebut mencapai 10 hari.
Dana Amin, Direktur Operasi PT Pelabuhan Indonesia II atau Indonesian Port Corporation mengungkapkan minimnya fasilitas pergudangan menjadi salah satu pemicu terjadinya kongesti kapal di pelabuhan.
Selain itu, katanya, kongesti dipicu akibat tidak adanya depo kontainer di luar pelabuhan. “Kegiatan penumpukan barang dan kontainer kosong, stuffing dan stripping dilakukan di pelabuhan sehingga berpengaruh ke produktivitas pelabuhan,” ujarnya.
Akses pelabuhan
Di sisi lain, industri pelayaran di Kota Dumai juga mengeluhkan buruknya kondisi jalan akses menuju Pelabuhan Dumai karena berdampak terhadap kelancaran arus barang dan biaya logistik.
Badaruzzaman mengatakan kecepatan pengiriman barang dari ke pelabuhan terhambat akibat kondisi jalan yang buruk. “Contohnya, jalan lintas Dumai—Pekanbaru hingga kini masih sangat buruk,” katanya.
Dia menjelaskan akibat kondisi jalan yang buruk,pengiriman produk-produk general cargo, crude palm oil (CPO) atau curah kering lainnya terhambat. “Ini masalah serius di Pelabuhan Dumai,” ujarnya.
Selain jalan akses Dumai—Pekanbaru, akses Dumai—Bengkalis juga jelek sehingga pengiriman barang menuju pelabuhan terhambat.
Sedangkan jalan langsung menuju pelabuhan adalah Jl. Putri Tujuh, Jl. Datok Laksamana dan Jl. Soekarno—Hatta.
Infrastruktur jalan yang rusak menyebabkan kegiatan distribusi barang dari dan ke pelabuhan ikut terhambat. “Waktu tempuh kendaraan menjadi lama yang pada akhirnya pelayanan di pelabuhan ikut terhambat.”
Menurutnya waktu tempuh antara Pelabuhan Dumai menuju Pekanbaru untuk membawa barang-barang yang akan dikapalkan saat ini mencapai 7 jam, padahal waktu tempuh itu bisa dipangkas menjadi 3,5—4 jam jika jalan diperbaiki.
Dia mengakui wacana pembangunan Jalan Tol Dumai—Pekanbaru sudah lama disiapkan, bahkan pemerintah kabarnya telah menyiapkan anggaran Rp1,5 triliun untuk pembebasan lahan, tetapi sampai sekarang belum selesai.
Intinya, katanya, industri pelayaran meminta pemerintah agar memperbaiki infrastruktur jalan akses pelabuhan untuk perbaikan ekonomi daerah setempat supaya transportasi barang dari dan ke pelabuhan menjadi tidak mahal. (Bsi)