JAKARTA-Kamar Dagang dan Industri Indonesia mendesak pemerintah harus banyak menggelontorkan insentif baik fiskal maupun nonfiskal kepada pelayaran jarak pendek agar pengalihan moda angkutan barang dari darat ke laut bisa lebih massif.
Sejauh ini, distribusi angkutan logistik nasional masih didominasi angkutan jalan sebesar 90,34%, kereta api (0,62%), sungai (1,01%), penyebrangan (0,98%), angkutan laut (7%), angkutan udara (0,05%).
Natsir Mansyur, Wakil Ketua Umum Bidang Pemberdayaan Daerah/Bulog Kadin Indonesia menilai pemerintah harus mulai fokus pada pemberdayaan angkutan laut jarak pendek alias short sea shipping (SSS).
PREDIKSI ALFI
Anwar Satta, Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), memprediksi akan terjadi pengalihan angkutan dari jalan dan kereta api logistik ke angkutan laut akibat penaikan tarif pada dua moda darat tersebut.
Kendati demikian, penggunaan moda laut itu tidak serta merta berjalan dengan massif, karena operator pelayaran juga berencana menaikkan tarif angkutan seiring naiknya upah SDM dan membengkaknya biaya operasional seperti saat kapal sandar di pelabuhan.
Nofrisel, Direktur Teknik dan Pengembangan PT Bhanda Ghara Reksa mengatakan sebetulnya para pelaku usaha dapat mengantisipasi penaikan tarif itu dengan mengatur mekanisme operasi distribusi logistik yang lebih efisien dengan memberlakukan satu dokumen pembayaran dalam sistem multi moda.
Sumber dan berita selengkapnya:
Bisnis Indonesia, edisi cetak 2 Desember 2014