Oleh: Setijadi | Chairman Supply Chain Indonesia
- Supply Chain Indonesia (SCI) mengapresiasi keberhasilan pembangunan infrastruktur Indonesia pada periode 2014-2019 dan mendorong kelanjutannya dengan lebih meningkatkan integrasi antar infrastruktur.
Keberhasilan pembangunan infrastruktur itu dapat dilihat dalam The Global Competitiveness Report 2018 yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF) yang menunjukkan peningkatan infrastruktur Indonesia menjadi peringkat 71 dari 140 negara.
Walaupun, peringkat infrastruktur Indonesia di antara negara-negara ASEAN masih di bawah Singapura (peringkat 1), Malaysia (32), Brunei Darussalam (54), dan Thailand (60). Peringkat Indonesia lebih baik daripada Vietnam (peringkat 75), Filipina (92), Laos (99), dan Kamboja (120).
Skor infrastruktur negara-negara ASEAN tahun 2018 ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Khusus untuk infrastruktur transportasi, terutama jalan, SCI merekomendasikan peningkatan konektivitas infrastruktur dan integrasi sistem pengoperasiannya.
Berdasarkan analisis SCI terhadap Laporan WEF itu, peningkatan konektivitas infrastruktur jalan Indonesia masih harus dilakukan. Indeks konektivitas jalan berada pada peringkat 120, walaupun kualitas jalan pada peringkat 75.
Di antara negara-negara ASEAN, indeks konektivitas jalan Indonesia di bawah Brunei Darussalam (peringkat 36), Thailand (55), Kamboja (100), Vietnam (107). Indonesia hanya lebih baik daripada Malaysia (128), Filipina (129), dan Laos (130).
-
Pengoperasian Jalan Tol
Selain indeks konektivitas jalan yang masih rendah, pengoperasian infrastruktur jalan juga belum optimal. Salah satu contoh kasusnya adalah pengoperasian jalan tol yang tidak terintegrasi sistem pembayarannya. Hal ini berdampak terhadap kemacetan, terutama pada puncak penggunaan seperti pada masa arus mudik dan balik Idul Fitri saat ini.Dengan sistem pembayaran yang belum terintegrasi penuh, pengguna jalan tol harus melakukan pembayaran di beberapa gerbang tol (GT). Pembayaran di GT menjadi pemicu antrean yang tidak hanya merugikan waktu dan biaya pengguna, namun juga meningkatkan potensi kecelakaan akibat kelelahan yang bertambah.
Sistem pembayaran seharusnya dilakukan secara terintegrasi, sehingga pengguna melakukan pembayaran hanya satu kali, yaitu di GT keluar. Dengan sistem informasi terintegrasi yang sederhana dapat diketahui ruas-ruas tol yang dilalui oleh pengguna, sehingga biaya/pembayaran dapat didistribusikan sesuai dengan ruas-ruas tol yang dilalui tersebut.
Bahkan, lebih dari itu, program elektronifikasi jalan tol dengan transaksi nirsentuh yang ditargetkan dimulai tahun 2020 sudah harus segera dipersiapkan oleh para pemangku kepentingan, terutama operator-operator jalan tol. Program yang bertujuan untuk menciptakan transaksi di jalan tol tanpa henti (multi lane free flow) akan mempercepat dan meningkatkan efisiensi transportasi, baik untuk penumpang maupun barang.
Bandung, 10 Juni 2019
Setijadi
Chairman | Supply Chain Indonesia
E-mail : setijadi@SupplyChainIndonesia.com
www.SupplyChainIndonesia.com
Download Catatan ini:
Catatan SCI - Penting, Konektivitas Infrastruktur untuk Efisiensi Transportasi (945.8 KiB, 633 hits)