Oleh: Rudy Sangian | Senior Consultant at Supply Chain Indonesia
Customs-Excise Information System and Automation (CEISA) adalah sistem pelayanan dan pengawasan yang diawasi langsung oleh Pusat Informasi dan Teknologi Dirjen Bea Cukai. Bila gangguan terhadap sistem ini terjadi, maka pelayanan dokumen Bea Cukai di seluruh pelabuhan yang ada di Indonesia turut mengalami gangguan (http://m.suarasurabaya.net/, 11/11/2015).
Menurut Ketua DPP Asosisasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi Seringnya gangguan pada Sentralisasi Sistem Pelayanan dan Pengawasan atau Customs-Excise Information System and Automation (CEISA) menyebabkan proses izin clearance baik ekspor dan impor molor 1,5 hari hingga dua hari (Bisnis Indonesia, 11/11/2015).
Menurut Vice President Iron Bird Logistics Ian Sudiana menjelaskan gangguan akses pada CEISA menyebabkan pelaku bisnis tidak bisa mengklaim biaya apapun kepada konsumen maupun ke Kementerian Keuangan.
Hal itu berdampak pada beban biaya ekstra ke pemilik barang. Dia memperhitungkan sudah lebih dari 10 kali CEISA mengalami gangguan sejak implementasinya pada awal tahun. Risiko pembatalan order dari klien terus menghantui pelaku logistik ketika CEISA eror.
“Bayangkan kalau butuh barang untuk segera produksi dan ekspor, ada risiko delay. Kalau delay, risikonya biaya lagi bahkan terjelek ada pembatalan order,” ucapnya. (Bisnis Indonesia, 11/11/2015).
Menganalisis Masalah
Untuk menyelesaikan permasalahan sebuah sistem down itu adalah faktor penyebabnya banyak, yaitu:
- Di Layer Jaringan.
Sistem down bisa disebabkan oleh karena jaringan komunikasi data, namun biasanya ini cepat diketahui dengan adanya NMS (network monitoring system)
- Di Layer Aplikasi.
Sistem down bisa disebabkan oleh kondisi aplikasi CEISA itu sendiri dan menyelesaikan ini harus menghubungi vendor pembuat aplikasi CEISA dan kalau itu dari Luar Negeri maka Mandays-nya itu dalam dollar yang rata-rata tinggi
- Di Layer Hardware.
- Sistem down bisa disebabkan oleh kondisi hardware oleh karena pertumbuhan penyimpanan data sudah bergulung berakumulasi banyak maka hardware-nya memerlukan storage penyimpanan data yang lebih besar lagi. Storage ini ada yang bersifat internal (memory) dan ada yang bersifat ekternal storage (hard disk).
- Core Processor Hardware juga dikarenakan makin banyak yang akses server tersebut maka core processor perlu ditambahkan
- Di Layer RDBMS (relation database management system).
Sistem bisa down dikarenakan pada waktu men-desain RDBMS itu tidak simple atau tidak mengacu pada metodologi normalisasi data. Beberapa teknologi RDBMS itu sendiri memiliki keterbatasan jika data sudah ber-volume besar (terabyte) dan kesalahan memilih teknologi RDBMS ini pada suatu titik pertumbuhan data sudah memuncak maka sistem bisa down.
SOLUSI JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
Berbicara sistem down untuk solusi jangka pendek maka tergantung pada visi teknologi yang dibangun apakah sistem tersebut dibangun memiliki redundancy atau tidak. Jika redundancy maka filosofi-nya juga banyak seperti: active-passive atau active-active. Artinya jika sistem yang satu down maka sistem kedua pada redundancy itu dapat mengambil alih tugas secara otomatis. Untuk membangun sistem seperti ini maka RAB (Rencana Anggaran Belanja)-nya itu menjadi double cost tetapi analisa pro-cons nya adalah sistem terjaga dan hampir tidak memiliki down-time.
Selain di atas, maka ada juga filosofi lain menggunakan Centralized and Decentralized. Artinya: jika Direktorat Jenderal Bea Cukai memiliki ratusan Kantor Pelayanan Bea Cukai dan beberapa Kantor Pelayanan Utama dari Sabang sampai dengan Merauke maka jika sistem down maka itu hanya pada domain tertentu saja dan sisanya pada seluruh Kantor Layanan lainnya tidak terpengaruh menjadi down.
Seperti contoh untuk milis google yang sering kita gunakan adalah diakses oleh seluruh penduduk dunia dan google mengkondisikannya menggunakan filosofi Centralized dan Decentralized dengan jutaan server terpasang sehingga kita bisa akses secara cepat seperti ini.
Metode search datanya terlihat sangat cepat karena menggunakan teknologi Big Data dan seterusnya.
PERANAN KOMINFO
Peranan Kominfo sangat penting untuk penghematan anggaran kebutuhan teknologi seluruh instansi pemerintah terkait.
Kalau di sebuah organisasi ada Unit Kerja Pusat Data dan Informasi. Kemudian kalau di setiap instansi pemerintah ada PUSINTEK atau ada PUSDATIN. untuk lintas sektoral seluruh instansi pemerintah ada Kominfo.
Tahukah anda bahwa anggaran tiap tahun yang diajukan oleh seluruh instansi pemerintah untuk pemeliharaan sistem atau pengadaan fitur baru teknologi itu berjumlah trilyunan rupiah.
Kenapa demikian? Karena setiap instansi punya data center sendiri, punya license yang harus dibayar pada vendor, punya jaringan komunikasi data sendiri (fiber optic atau VPN), punya jaringan internet sendiri dan seterusnya. Padahal, kalau itu semua dijadikan satu maka akan terjadi penghematan biaya ratusan milyar rupiah per tahunnya dan metode pemeliharaan juga menjadi sederhana karena jadi satu kesemuanya (data center, hardware, software, license, dan network). Bahkan jika itu di-sinerji-kan dengan BUMN Telekomunikasi maka akan menjadi lebih hemat lagi.
Khusus yang berkenaan dengan Master Plan Logistik dan keterkaitannya dengan kebutuhan teknologi pendukung-nya maka kesemuanya itu menjadi sempurna karena ada dokumentasi-nya yang ditata-rapih di Kominfo dan setiap penambahan CR (Change Request) dari instansi pemerintah terkait untuk kebutuhan fitur proses tertentu maka itu dapat dikontrol sedemikian rupa sehingga penyelewengan terhadap adanya penyimpangan pada proses lelang dan seterusnyanya dapat diperkecil.
Download Artikel ini:
Peranan Penting Customs Excise Information System and Automation CEISA dalam Aktivitas Kepelabuhanan (437.0 KiB, 2,145 hits)