Asosisasi Logistik dan Forwarder Indonesia atau ALFI, pekan lalu, menyuarakan pentingnya reformasi logistik di Indonesia. Dorongan reformasi logistik dimaksud menyangkut harmonisasi dan sinkronisasi regulasi, infrastruktur, kebijakan fiskal, pengembangan sumber daya manusia, dan profesionalisme pengusaha anggota ALFI.
ALFI mendesak semua pemangku kepentingan logistik nasional, baik pemerintah maupun swasta, bersama bersiap menghadapi pasar bebas ASEAN. Sesuatu yang tidak berlebihan menimbang besarnya potensi Indonesia.
Semua elemen harus diberdayakan secara optimal agar Indonesia mendapat manfaat maksimal dari Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015. Industri dalam negeri pun diharapkan mampu menjaga pasar domestik sekaligus menggarap peluang pasar ekspor regional yang kian terbuka.
Di sisi lain, Industri dalam negeri masih dihadang tantangan, termasuk rendahnya daya saing. Salah satu penyebab adalah belum memadainya infrastuktur negeri ini. Kondisi yang tak pelak memicu tingginya biaya operasi dan logistik Indonesia.
Dari data, Indonesia merupakan pasar terbesar di ASEAN dari 612 juta penduduk ASEAN, 248.5 juta atau 40.60 persen ada di Indonesia. Alhasil, sinergi semua pemangku kepentingan di negeri ini akan memastikan Indonesia mampu menjadi pemain besar saat MEA tiba. Bukannya, hanya sebagai pasar besar yang digarap pesaing. Ini bukan akhir cerita yang ingin kita dengar.
Sumber dan berita selengkapnya:
Kompas, edisi cetak 19 Mei 2014