Oleh: Dr. Tomy Perdana S.P., M.M. | Senior Consultant at Supply Chain Indonesia & Dosen dan Ketua Laboratorium Agribisnis UNPAD
Rantai Pasok Pertanian
Rantai pasok untuk produk pertanian cukup kompleks. Sistem logistik produk pertanian memiliki karakteristik tertentu dan memerlukan penanganan khusus dan berbeda, karena dipengaruhi oleh sistem produksi, sifat produk, dan konsumen itu sendiri.
Rantai pasok pertanian di Indonesia melibatkan banyak aktor, mulai dari petani sampai ke konsumen. Namun karena kurangnya sistem kolektif langsung dari para petani kecil, sehingga banyak pelaku dan transaksi yang harus dilalui terlebih dahulu, hal ini akhirnya berdampak pada harga hasil pertanian yang tinggi.
Permasalahan di atas muncul karena beberapa hal berikut ini:
- Masih kurangnya koordinasi dalam hal pengambilan produk antara produsen dan pelaku pasar
- Jarak yang jauh dan rute dari tempat hasil pertanian (umumnya daerah) menuju ke kota
- Kendala dalam hal handling, staging, dan storage
- Masalah proses pendinginan pada saat pascapanen
- Masalah packaging, tracking, dan inventory control.
Tantangan pada Rantai Pasok Pertanian di Indonesia
Indonesia merupakan negara tropis yang hanya terdiri dari dua musim, yaitu panas dan hujan. Hal ini seharusnya dapat mendukung kegiatan pertanian. Namun demikian, semakin hari perubahan cuaca sudah tidak dapat diprediksi lagi. Selain itu, pergantian iklim dari panas ke dingin yang terlalu cepat dapat mengakibatkan hasil panen pertanian tidak maksimal.
Dapat dipastikan setiap tahunnya permintaan pertanian akan terus bertambah, sementara lahan untuk pertanian semakin sempit dan berkurang karena tergusur oleh pembangunan terus-menerus untuk kepentingan infrastruktur. Sebagai contoh, permintaan beras akan terus meningkat karena beras merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting di Indonesia dan sebagian besar masyarakat Indonesia mengandalkan beras yang merupakan hasil dari komoditas padi sebagai makanan pokoknya.
Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 persaingan dalam perdagangan hasil pertanian akan meningkat, tidak hanya bersaing dengan pemain lokal namun para produsen akan bersaing juga menghadapi masuknya hasil pertanian dari negara ASEAN yang memiliki daya jual lebih bagus (kualitas unggul dan harga murah).
Tingginya biaya logistik menjadi tantangan tersendiri dalam proses rantai pasok pertanian di Indonesia. Hal ini karena proses mata rantai yang panjang dari para petani kecil ke pelaku pasarnya. Saat ini tidak sedikit para pengecer menjadi pemegang kekuasaan dalam rantai pasok pertanian, sehingga perlu kerja sama berbagai pihak untuk menanggulangi tingginya biaya logistik di Indonesia, baik dari pemerintah maupun pelaku usaha. Beberapa upaya yang dapat dilakukan di antaranya adalah perbaikan infrastruktur, pembenahan sejumlah aturan, dan pembangunan prasarana pendukung lainnya.
Produk pangan dari pertanian tidak bisa terlepas dari masalah keamanan pangan. Tingginya kesadaran keamanan dalam mengkonsumsi hasil pertanian dari konsumen (pelanggan) menjadi tantangan bagi para produsen untuk dapat terus menghasilkan komoditas pertanian terutama untuk pangan yang sehat dan berkualitas. Oleh sebab itu perlu ditetapkan standar nasional dalam prosesnya sebagai upaya untuk menjaga mutu produk hasil pertanian dan pangan di Indonesia, mulai dari sistem produksi pangan di lahan pertanian, penanganan, penyimpanan, pengangkutan, pelabelan, pemasaran, sarana produksi, bahan tambahan, dan bahan tambahan pangan yang diperbolehkan. Tidak hanya itu keahlian dan keterampilan yang baik dari seorang petani juga diperlukan sebagai upaya dalam pengelolaan komoditas pertanian agar dapat menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar global dan memenuhi standar mutu keamanan pangan.
Sumber: Dikemas Ulang dari Tomy Perdana, Inclusive Agri Supply Chain Development: A Case Study on Vegetables Industry. Seminar Nasional “Logistik Industri Agribisnis Indonesia: Tantangan dan Peluang Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”, Jakarta 12 Februari 2014.