Disrupsi teknologi digital, perubahan gaya hidup masyarakat, dan perubahan regulasi telah merombak banyak sektor bisnis dan memengaruhi kinerja banyak perusahaan. Salah satunya yang paling merasakan disrupsi tersebut adalah PT Pos Indonesia (Persero), BUMN legendaris yang saat ini sudah mencapai usia 275 tahun.
Dulu Pos Indonesia menjadi andalan masyarakat dalam melakukan korespondensi (surat-menyurat), mengirim uang (dengan wesel pos), ataupun mengirim paket barang. Namun, setelah adanya internet dan berkembangnya teknologi komunikasi seluler berikut mobile apps-nya, serta dibukanya pasar layanan kurir, posisi dan kinerja Pos Indonesia yang tadinya superior langsung meredup.
Seperti diungkapkan Siti Choiriana, Direktur Bisnis Kurir dan Logistik Pos Indonesia, hingga periode 2009-2013, pangsa pasar Pos Indonesia masih cukup dominan. Kemudian, teknologi internet dan telekomunikasi seluler makin berkembang. Ditambah lagi diterbitkannya UU Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos, yang membuka dan meliberalisasi bisnis penyelenggaraan pos dan pengiriman di Indonesia.
“Semua kompetitor (swasta) langsung masuk, dan market share Pos Indonesia pun langsung turun jadi 3%,” kata Choiriana. “Dari sisi market share ini, boleh dibilang kami loser di dalam bisnis ini,” tambah wanita yang biasa disapa “Ana” itu.
Bukan hanya bisnisnya yang menurun, menurut Ana, Pos Indonesia juga ditinggalkan oleh pelanggan muda (kalangan milenial). Di kota-kota yang sebelumnya merupakan pasar utama yang dilayaninya pun, Pos Indonesia ditinggalkan. Alhasil, boleh dibilang, layanannya pun lebih bisa diterima di kota-kota tier-2, tier-3, dan tier-4.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://swa.co.id/business-champions/companies/corporate-transformation/pos-indonesia-transformasi-untuk-dukung-ambisi-jadi-market-leader
Salam,
Divisi Informasi