Oleh: Ir. Tri Achmadi, Ph.D.
Kepala Departemen Teknik Transportasi Laut | Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Transportasi laut dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi disparitas harga barang kebutuhan pokok dan barang penting. Pengembangan konektivitas Pulau Jawa, sebagai pusat produksi dan konsumsi barang, dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia harus disertai dengan muatan balik dari pulau-pulau tersebut ke Pulau Jawa. Hal ini menuntut ketersediaan volume komoditas sebagai bahan baku industri atau barang hasil produksi di pulau-pulau lain.
Barang hasil produksi akan tersedia jika simpul-simpul di luar Pulau Jawa tumbuh menjadi pusat produksi. Transportasi laut yang efektif dan efisien menjadi tuntutan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan semua daerah di Indonesia. Hal ini memerlukan koordinasi antar sektor yang berperan dalam kegiatan logistik, termasuk transportasi laut.
Gambar di atas menunjukkan keterkaitan antara transportasi, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan rakyat. Transportasi berperan dalam perdagangan & mobilitas barang serta mobilitas sosial & penumpang. Peran transportasi dalam perdagangan & mobilitas barang berpengaruh terutama terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan peran transportasi sebagai mobilitas sosial & penumpang terutama berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.
Tol laut merupakan program prioritas perwujudan Nawa Cita yang bertujuan untuk membangun konektivitas transportasi laut yang efisien dan efektif, dalam rangka menjamin ketersediaan barang dan untuk mengurangi disparitas harga, serta menjamin kelangsungan pelayanan penyelenggaraan angkutan barang ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan. Pembangunan Tol Laut merupakan upaya penyediaan jaringan angkutan laut secara tetap dan teratur melalui penyelenggaraan pelayanan angkutan laut dengan pola subsidi dan didukung peningkatan fasilitas kepelabuhanan.
Pola jaringan angkutan Tol Laut menghubungkan simpul pelabuhan utama sebagai hub dan pelabuhan-pelabuhan pengumpannya sebagai feeder. Beberapa elemen untuk mendukung Konsep Tol Laut ini diantaranya adalah kecukupan muatan barat dan timur, dukungan sistem industri maritim, pelayaran rutin dan berjadwal, inland akses yang efektif, dan infrastruktur pelabuhan yang handal. Dukungan terhadap program Tol Laut ini diwujudkan pemerintah dengan pembangunan infrastruktur perhubungan laut seperti angkutan laut, pelabuhan, serta keselamatan dan keamanan pelayaran.
Pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaran program Tol Laut antara lain adalah: Kementerian Perhubungan sebagai pemberi tugas & penyedia sarana dan prasarana, Kementerian Perdagangan sebagai pelaksana dan verifikasi muatan serta pemberi surat perintah muat, dan PT Pelayaran Nasional Indonesia sebagai operator. Jenis muatan yang dapat diangkut dengan menggunakan armada kapal Tol Laut sesuai dengan Perpres No. 71 Tahun 2015 terdiri dari muatan barang kebutuhan pokok hasil pertanian (seperti: beras, kedelai, dsb), hasil industri (gula, minyak, tepung, dsb), hasil peternakan (daging, telur, ikan, dsb), dan barang penting (seperti: pupuk, benih, semen, dsb).
Prosedur penanganan muatan Tol Laut melibatkan beberapa pihak tekait, dengan mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) seperti yang tertuang pada Gambar 3. sebagai berikut:
Efektivitas implementasi Program Tol laut mensyaratkan penggunaan kontainer. Selain mendorong penggunaan sistem kontainerisasi, diperlukan pula standar keselamatan penyelenggaraan dan pengoperasian angkutan barang menggunakan kontainer. Standardisasi ini antara lain mencakup: kualitas material dan rangka kontainer, standar berat kontainer, penempatan barang di dalam kontainer, penyusunan barang di dalam kontainer, penimbangan barang untuk dimasukkan ke dalam kontainer, penyusunan penempatan serta penumpukan kontainer di atas kapal, dan di lapangan penumpukan di pelabuhan.
Untuk mendukung hal tersebut diperlukan percepatan pembangunan industri kontainer di dalam negeri serta pemanfaatan kontainer milik dalam negeri. Harus ada institusi yang berperan aktif dan berfungsi secara legal dalam pemberian kodefikasi kontainer. Berdasarkan data Pelindo I, II, III, dan IV, dapat dilihat korelasi antara GDP dan total shipcall pada Grafik 1. serta korelasi antara GDP dan throughput kontainer pada Grafik 2.
Rata-rata pertumbuhan kontainer troughput adalah 6,49 %, sedangkan rata-rata pertumbuhan GDP adalah 5,64%, seperti yang terlihat pada Grafik 3. Dengan demikian dapat diketahui bahwa GDP Indonesia berkorelasi erat dengan throughput kontainer, shipcall, dan utilitas pelabuhan.
Dalam pelaksanaan program Tol Laut terdapat beberapa tantangan yang masih harus menjadi perhatian pemerintah, yakni (1) infrastruktur maritim, (2) industri maritim, (3) sarana, (4) layanan, (5) SDM, (6) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), (7) regulasi, serta (8) kelembagaan.
Keberhasilan implementasi Program Tol Laut membutuhkan perubahan pola pikir dalam pembangunan transportasi. Selama ini pembangunan transportasi bertumpu pada pembangunan transportasi jalan. Pembangunan transportasi laut belum mencakup aspek-aspek lain secara komprehensif.
15 Juni 2017
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Rasionalisasi Program Tol Laut (1.2 MiB, 1,777 hits)