Reaktivasi dry port dan revitalisasi Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jawa Tengah, kini telah digulirkan guna mendukung kelancaran arus barang serta menekan kepadatan lalu-lintas kendaraan di jalan raya. Reaktivasi dry port maupun revitalisasi pelabuhan di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah (Jateng) tersebut diharapkan juga bisa menjadi pengungkit roda perekonomian daerah setempat.
Pelabuhan Tanjung Emas memiliki daerah belakang (hinterland) meliputi Jateng dan Yogyakarta. Luas wilayah Jateng 34.548 kilometer persegi, sedangkan luas wilayah Yogyakarta 3.185,80 kilometer persegi. Komoditas ekspor yang dominan dari derah ini antara lain mebel, benang, papan, makanan dan minuman dan hasil perkebunan seperti kopi.
Nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) tentang rencana reaktivasi dry port dari dan ke Pelabuhan Tanjung Emas sudah ditandatangani jajaran Dirjen Perkeretaapian, Dirjen Perhubungan Laut, PT Pelabuhan Indonesia III (Perseo), Pemprov Jateng dan PT Kereta Api Indonesia.
“Kini tinggal menunggu tindak lanjutnya,” kata General Manager PT Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Emas, Tri Suhardi, saat menerima kunjungan wartawan dari berbagai media massa di Semarang, sebagaimana dilansir bisnis.com.
Dry port atau pelabuhan daratan merupakan pelabuhan yang berada di daratan yang berfungsi seperti halnya pelabuhan laut. Di pelabuhan daratan ini dilakukan konsolidasi muatan, penumpukan, pergudangan serta dokumentasi muatan yang selanjutnya dikirim ke pelabuhan laut. Pengiriman ke pelabuhan menggunakan peti kemas melalui jalur kereta api. Sesampai di pelabuhan, peti kemas akan dimuat ke kapal untuk kemudian dikirim ke tempat tujuan.
Sumber dan berita selengkapnya:
http://suaracargo.com/2015/03/24/reaktivasi-dry-port-dan-revitalisasi-pelabuhan-tanjung-emas-harus-didukung-alternatif-transportasi-barang/