Oleh: Melisa Camalia
Marketing MileApp
Saat memilih perangkat lunak untuk logistik (logistics software), penting untuk mempertimbangkan arsitektur yang tersedia. Ada dua cara berbeda untuk mengimplementasikannya, yaitu dengan model On-Premise atau SaaS (software as a service). Ada banyak faktor yang harus diperhatikan perusahaan untuk memutuskan solusi terbaik untuk pengembangan bisnis logistik. Namun, sebelum memutuskan, alangkah lebih baiknya untuk mengetahui lebih banyak tentang perbedaan antara SaaS dan On-Premise.
Sekilas tentang SaaS dan On-Premise
SaaS adalah perangkat lunak yang dapat diakses melalui browser web tanpa perlu mengunduhnya ke komputer, laptop, atau smartphone. Penggunaan SaaS telah menjadi tren di berbagai industri. Gartner menyebutkan bahwa pertumbuhan pasar SaaS telah meningkat dan diperkirakan tumbuh hingga $76 miliar pada tahun 2020. Sementara survei keuangan online memperkirakan bahwa pada tahun 2023, hingga 86% perusahaan akan menggunakan seluruh SaaS.
Perusahaan tidak perlu terlalu khawatir terkait pengelolaannya karena SaaS dikelola oleh pihak ketiga sebagai penyedia layanan. Perusahaan tidak harus berinvestasi untuk pembangunan infrastruktur komputer, sumber daya manusia, server, dll. Alhasil, perusahaan dapat lebih fokus pada peningkatan layanan dan pengembangan bisnis mereka di masa depan.
On-Premise adalah perangkat lunak yang diinstal dan digunakan dari server in-house. On-Premise adalah salah satu metode tradisional paling umum untuk mengimplementasikan perangkat lunak. On-Premise mengharuskan perusahaan untuk membeli lisensi atau salinan perangkat lunak untuk menggunakannya. Metode ini membutuhkan perangkat keras internal server, lisensi perangkat lunak, kemampuan integrasi, dan sumber daya manusia untuk mendukung dan mengelola potensi masalah yang mungkin terjadi. Hal ini termasuk tanggung jawab bisnis akan risiko rusak dan tidak berfungsi.
SaaS vs On-Premise
Perbedaan SaaS dan On-Premise dapat dilihat dari beberapa faktor berikut.
Sumber: ServiceNav
- Biaya dan Skalabilitas
SaaS memiliki biaya investasi yang lebih kecil karena sistem dikelola oleh pihak ketiga. Perusahaan hanya perlu menghabiskan biaya bulanan dan kustomisasi jika ada. Biaya yang dibayarkan per bulan tergantung pada penggunaan berdasarkan jumlah pengguna dan fitur yang digunakan.
Perusahaan tidak perlu lagi menghabiskan biaya lain seperti biaya server, support, pemeliharaan, infrastruktur lain, dll. karena telah menjadi tanggung jawab pihak ketiga. Hal ini membuat logistics software berbasis SaaS akan lebih mudah untuk menyesuaikan dengan perkembangan perusahaan karena biaya yang dikeluarkan lebih fleksibel. Perusahaan dapat menambah atau mengurangi jumlah pengguna dan fitur sesuai dengan kebutuhan bisnis tanpa perlu melibatkan biaya tambahan untuk infrastruktur.
Pada On-Premise meskipun perusahaan hanya membayar satu kali, tetapi biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dan masih ada biaya lainnya seperti instalasi server, support, perawatan, kustomisasi, tim komputer, dll. - Instalasi/Implementasi
Software logistik berbasis SaaS membutuhkan lebih sedikit waktu dan lebih mudah untuk diterapkan daripada On-Premise karena platform SaaS telah disediakan dan diuji oleh pihak ketiga. Dengan demikian, pengguna dapat mulai segera setelah membayar biaya subscription (langganan). Selain itu, integrasi dengan perangkat lunak lain lebih mudah dilakukan.
Implementasi On-Premise adalah tanggung jawab penuh perusahaan. Maka dari itu, akan membutuhkan lebih banyak waktu, sumber daya manusia, dan biaya. Selain itu, implementasi kedepannya harus ditingkatkan secara manual, baik pada perangkat lunak maupun perangkat keras. - Keamanan data
Data adalah tanggung jawab pihak ketiga sehingga data secara otomatis akan dikelola (back up) secara teratur oleh mereka. Jika ada masalah, hal tersebut tidak perlu terlalu mengganggu karena perusahaan dapat segera mengganti vendor penyedia SaaS tersebut.
Keuntungan terbesar adalah bahwa SaaS dapat mengurangi distribusi perangkat lunak yang bersifat ilegal. Hal ini karena setiap pengguna harus menggunakan perangkat lunak asli karena mereka tidak dapat mengunduh versi bajakan dari sumber lain.
Sementara pada On-Premise, perusahaan benar-benar mengontrol keamanan data, terutama untuk data sensitif. Oleh sebab itu mereka dapat menerapkan langkah-langkah keamanan sesuai dengan protokol perusahaan. Namun itu berarti mereka membutuhkan waktu ekstra dan sumber daya manusia yang andal untuk menghasilkan keamanan tingkat tinggi. Jika sesuatu terjadi, akan lebih sulit untuk pemulihan data karena harus menggantikan seluruh sistem. - Infrastruktur
Infrastruktur yang diperlukan untuk mengimplementasikan model SaaS hanya membutuhkan smartphone/desktop. Kemudian sesuai kebijakan perusahaan, platform SaaS dapat diakses secara online maupun offline.
On-Premise memerlukan infrastruktur yang lebih kompleks karena implementasinya dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Beberapa infrastruktur diperlukan misalnya seperti pusat data, server, bandwidth dan smartphone/komputer desktop. - Manpower
Pihak ketiga menyediakan SaaS pada komputer dan server mereka sendiri untuk klien mereka.Anda tidak perlu memiliki server untuk menyimpan dan mengelola data karena semuanya akan diinstal pada server pihak ketiga. Selain menghemat waktu dan biaya, Anda tidak memerlukan tim tambahan sehingga Anda dapat menugaskannya untuk kepentingan sektor lain.
Namun pada On-Premise, perusahaan harus memiliki tim khusus karena infrastrukturnya dan pemeliharaannya adalah tanggung jawab mereka. Semua tentang infrastruktur, mulai dari pembelian server, dan fasilitas pemeliharaan membutuhkan keahlian teknis. - Upgrade
Biaya untuk melakukan upgrade sudah termasuk dalam biaya berlangganan pada SaaS dan dilakukan secara otomatis untuk semua pengguna yang menggunakan platform.
Tidak seperti SaaS, On-Premise memiliki kode independen sehingga jika ada perubahan mereka harus melakukan instal secara manual dalam sistem perusahaan. Akibatnya, ada biaya tambahan untuk melakukan upgrade. - Kustomisasi
Secara umum, SaaS menyediakan dua jenis penyesuaian. Pertama, kustomisasi didasarkan pada platform standar yang ada. Pada logistics software ada pada kemudahan untuk mengatur tampilan pada dashboard dan route optimization. Kedua, kustomisasi lebih kompleks dan membutuhkan waktu kerja. Misalnya beberapa fitur kustomisasi khusus berdasarkan pada proses bisnis perusahaan.
SaaS biasanya menawarkan lebih sedikit penyesuaian karena sistem mereka dilakukan pada platform umum yang digunakan oleh banyak pengguna. Namun SaaS untuk business to business (B2B) dapat menawarkan personalisasi yang lebih luas tergantung pada kebutuhan perusahaan. Proses ini tunduk pada biaya tambahan yang umumnya dihitung dalam mandays.
On-Premise menawarkan lebih banyak fleksibilitas dalam kustomisasi. Perusahaan dapat menyesuaikan kebutuhan mereka di hampir semua bagian. - Dampak lingkungan
SaaS dapat menjadi solusi bagi perusahaan yang memiliki prioritas kepada lingkungan. Implementasi SaaS tidak memerlukan infrastruktur besar sehingga solusi berbasis cloud ini tidak tergantung pada listrik untuk menjaga pusat data besar.
Sebanyak 1.000 server cloud berniat mengurangi 50% emisi karbon. Ini setara dengan pengurangan emisi karbon dari 261 rumah atau 444 mobil dan setara dengan penanaman 5.810 pohon.
Dapat disimpulkan mengapa software logistik berbasis SaaS menjadi pilihan pertama untuk merampingkan operasi logistik Anda. SaaS adalah inovasi untuk pertumbuhan bisnis dengan berbagai keunggulan kompetitif.
25 Juni 2021
Referensi:
- https://coservit.com/servicenav/wp-content/uploads/sites/3/2018/06/Cloud-vs-On-Premises-Iceberg.png
- https://www.gartner.com/en/newsroom/press-releases/2017-02-22-gartner-says-worldwide-public-cloud-services-market-to-grow-18-percent-in-2017
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Saas vs On-Premise Pilihan untuk Implementasi Software Logistik (923.9 KiB, 142 hits)