JAKARTA – Aktivitas angkutan laut di Indonesia dilaporkan tumbuh 5,2 persen pada periode Mei s/d September 2020, meskipun pada periode tiga bulan sebelumnya (Maret s/d Mei 2020) justru mengalami penurunan 1,8 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume angkutan laut pada periode September sebesar 26,58 juta ton atau naik 3,86 persen m-to-m dan 3,52 persen y-on-y.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI), Setijadi, menyatakan para pelaku usaha dan pemangku kepentingan di sektor maritim perlu meningkatkan efisiensi transportasi laut agar dapat berperan penting dalam pemulihan ekonomi Indonesia.
Efisiensi sektor maritim sangat dipengaruhi oleh pemahaman para pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap supply chain management (SCM) sektor itu.
“Pemahaman SCM tersebut harus komprehensif dan secara end-to-end karena efisiensi logistik tidak hanya dipengaruhi oleh proses kepelabuhanan maupun pelayaran,” ujar Setijadi melalui siaran pers-nya pada Kamis (5/11/2020).
Dia mengatakan, jika mengacu pada analisis Indonesia National Shipowners Association (INSA) dan PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), biaya kepelabuhanan di pelabuhan asal dan pelabuhan tujuan sekitar 31 persen dan transportasi laut sekitar 19 persen dari keseluruhan biaya transportasi.
Sementara, biaya transportasi hinterland atau di wilayah asal dan tujuan justru lebih besar, yaitu sekitar 50 persen.
Sumber dan berita selengkapnya:
http://beritakapal.com/sektor-angkutan-laut-perlu-supply-chain-management-yang-mumpuni/
Salam,
Divisi Informasi