Jakarta, Gatra.com – Revolusi Industri 4.0 menghilangkan sekaligus menciptakan pekerjaan baru. Pemagangan Berkualitas atau Apprenticeships menjadi solusi jangka pendek beradaptasi dengan Industri 4.0.
Ibarat odong-odong, pendidikan Indonesia riuh tapi pergerakannya lambat. Hal ini terlihat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) atau Human Capital Index Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara lain.
Tahun lalu, Bank Dunia mencatat kualitas SDM Indonesia di peringkat ke-6 ASEAN di bawah Singapura, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Pendidikan formal Indonesia juga gagal mencetak lulusan siswa dan mahasiswa yang sesuai dan terkait (link and match) dengan kebutuhan industri.
Fasilitas seperti infrastruktur laboratorium dan praktik di sekolah atau kampus masih jauh tertinggal dan tidak mengikuti standar industri.
“Misalnya alat praktik di politeknik, harusnya alat yang digunakan sesuai standar pabrik. Tapi sekarang alat-alatnya justru ketinggalan dua generasi dari pabrik,” kata Koordinator Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian.
Mujiyono khawatir, jika persoalan link and match tidak diatasi, maka Indonesia hanya akan menjadi penonton di era revolusi industri 4.0. “Pendidikan formal kita masih bersifat konvensional,” katanya kepada GATRA.
Industri 4.0 berbasis pada internet dan digital dengan terapan Internet of Things (IoT), Artificial intelligence (AI), Robotic dan Big Data. Dibandingkan revolusi industri 3.0, revolusi industri 4.0 dapat menciptakan efisiensi produksi dan rantai pasok (supply chain) yang ringkas sehingga harga dan kualitas produk lebih kompetitif.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://www.gatra.com/detail/news/420461/economy/strategi-kilat-siasati-revolusi-industri-40
Salam,
Divisi Informasi