Oleh: Dr. Zaroni, CISCP., CFMP.
Head of Consulting Division | Supply Chain Indonesia
Dalam lingkungan bisnis yang tidak pasti, risiko selalu terjadi. Risiko merupakan varian dari hasil yang diharapkan. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa yang diharapkan akan sesuai dengan aktual.
Rantai pasok melibatkan banyak pihak, mulai dari pemasok material, produksi, permintaan pelanggan, transportasi, pergudangan, distribusi, dan lain-lain, untuk memastikan produk jadi sampai ke konsumen dengan tepat.
Rantai pasok profesional menghadapi ketidakpastian yang tinggi dalam mengelola rantai pasok. Setiap proses rantai pasok risiko kemungkinan terjadi. Setiap hari rantai pasok profesional harus menghadapi perubahan yang tidak diharapkan.
Risiko yang mungkin dihadapi perusahaan dalam perubahan lingkungan bisnis antara lain:
- Perubahan permintaan konsumen.
- Transit delay yang tidak diharapkan.
- Permasalahan pemasok, yang berakibat pada penundaan pemenuhan material atau komponen.
- Permasalahan produksi.
- Kekurangan pergudangan yang menyebabkan penundaan dalam pengiriman barang ke konsumen.
- Keamanan cyber.
Selain permasalahan tersebut, risiko rantai pasok terjadi karena bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, tsunami, gunung meletus, epidemik, dan lain-lain yang dapat mengganggu sistem rantai pasok secara keseluruhan.
Umumnya perusahaan menerapkan standar dalam banyak hal, mulai dari standar kualitas material, standar harga material, standar waktu pengiriman material dari pemasok, standar proses produksi, dan standar waktu pengiriman produk jadi ke konsumen.
Dalam lingkungan bisnis yang tidak pasti, hasil aktual tidak selalu sama dengan standar kinerja. Perbedaan antara hasil aktual dengan hasil standar rantai pasok merupakan varian yang diidentifiaksi sebagai risiko rantai pasok. Bagi kinerja perusahaan, varian kinerja rantai pasok dapat diidentifikasi sebagai varian yang menguntungkan (favorable variant) atau varian yang tidak menguntungkan (unfavorable variant).
Sebagai contoh untuk pasokan material, perusahaan menetapkan standar harga material dan standar volume pemakaian material dalam proses produksi. Harga aktual pembelian material bisa berubah setiap saat. Bila harga aktual material lebih tinggi daripada harga standar material, maka akan terdapat varian harga material unfavorable. Sementara sebaliknya, bila harga aktual material lebih rendah daripada harga standarnya.
Varian dalam kinerja rantai pasok merupakan risiko rantai pasok. Risiko rantai pasok perlu dikelola dengan baik agar dapat diminimalkan dampak dari risiko tersebut terhadap kinerja rantai pasok dan kienerja perusahaan secara keseluruhan.
Untuk mengelola risiko rantai pasok, ada tiga langkah taktis yang perlu dilakukan, yaitu: identifikasi, penilaian atau assessment, dan pengelolaan risiko.
Identifikasi Risiko
Tim rantai pasok profesional perlu melakukan brainstorming potensi risiko yang mungkin terjadi dalam setiap proses rantai pasok.
Dalam pertemuan brainstorming tersebut diidentifikasi beberapa potensi risiko yang akan terjadi bila terdapat perubahan kondisi. Pertanyaan yang diajukan adalah apabila ada, risiko apa yang akan terjadi?
Contoh, risiko yang akan terjadi dalam sistem rantai pasok perusahaan ini apabila terjadi bencana alam dalam pasokan volume material, harga material, pengiriman material, proses produksi, pengiriman produk jadi, dan seterusnya.
Diskusi brainstorming sebaiknya melibatkan banyak tim dari berbagai divisi organisasi, seperti marketing, produksi, keuangan, teknologi, sumber daya manusia, dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh hasil diskusi yang komprehensif dalam mengidentifikasi potensi risiko yang terjadi di sistem rantai pasok perusahaan.
Sebagai panduan dalam mengidentifikasi risiko rantai pasok, berikut ini identifikasi risiko yang umumnya dihadapi dalam sistem rantai pasok perusahaan:
- Risiko rutin. Risiko ini umumnya terjadi karena penundaan transit moda transportasi yang tidak diharapkan, perubahan order dari konsumen, permasalahan dengan pemasok, pencurian, sistem pergudangan dan produksi yang tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan, yang semuanya dapat mengganggu proses pengiriman produk jadi ke konsumen.
- Bencana alam. Meskipun bencana alam tidak dapat diprediksi kapan terjadinya, namun banyak perusahaan mengantisipasi kerusakan infrastruktur apa saja yang diakibatkan dari bencana alam tersebut dan mengembangkan rencana kontijensi bila terjadi bencana alam. Bencana alam umumnya menimbulkan dampak kerusakan secara menyeluruh terhadap infrastruktur transportasi dan logistik. Risiko terhadap sistem rantai pasok perlu diidentifikasi dari bencana alam ini.
- Persoalan kualitas. Kualitas material dan kualitas produk merupakan isu penting dalam keberhasilan rantai pasok. Kualitas material akan menentukan seberapa efisien dan efektif proses produksi. Material yang kurang memenuhi standar kualitas akan menyebabkan terjadinya pemborosan dalam pemakaian material untuk produksi. Selain itu, kualitas material akan berpengaruh terhadap kualitas produk jadi. Dalam konteks rantai pasok, kualitas pasokan material dan kualitas produk jadi menentukan proses pengurusan customs clearance, karantina, dan seleksi atau pemilahan material, sehingga berdampak pada proses pengiriman material atau produk jadi secara keseluruhan. Perusahaan perlu mengidentifiaksi risiko rantai pasok akibat kualitas material dan produk jadi yang tidak memenuhi kualitas standar.
- Kekeliruan peramalan. Peramalan permintaan konsumen untuk siklus penjualan dalam beberapa periode kedepan akan menentukan ketepatan berapa unit produk yang harus diproduksi, berapa banyak material yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan produksi, dan akhirnya menentukan berapa banyak material yang dibeli. Bila terjadi kekeliruan dalam peramalan akan berakibat pada kekeliruan dalam penetapan tingkat inventory. Karena permintaan konsumen sangat tidak pasti, sehingga kekeliruan peramalan permintaan sangat mungkin terjadi. Ini yang sering disebut dengan bullwhip effect. Perusahaan perlu mengidentifikasi risiko rantai pasok sebagai akibat dari kekeliruan peramalan permintaan.
- Kerusakan. Kerusakan material atau produk sering terjadi, terutama pada saat handling barang selama proses pengiriman dan penyimpanan barang di gudang. Risiko rantai pasok akibat kerusakan barang perlu diidentifikasi.
- Risiko sosial, politik, dan regulasi. Risiko karena pemogokan, perubahan kebijakan politik dan regulasi suatu negara impor dan ekspor, perlu diidentifikasi dampaknya terhadap risiko rantai pasok.
- Customs dan pelabuhan. Perubahan kebijakan regulasi dalam customs dan prosedur pengurusan barang di pelabuhan perlu menjadi perhatian dalam identifikasi risiko rantai pasok.
- Terorisme dan pembajakan. Meskipun kejadian ini relatif jarang, namun perlu diidentifikasi pengaruhnya terhadap risiko rantai pasok.
- Persoalan safety produk. Seberapa banyak suatu produk harus ditarik kembali atas produk-produk dengan brand ternama karena persoalan safety produk? Hampir semua. Perusahaan tidak mau mempertaruhkan brand-nya bila menghadapi persoalan safety produk ini. Risiko terhadap rantai pasok perlu diidentifikasi bila perusahaan menghadapi persoalan safety
- Perubahan dalam sosial ekonomi dan demografi. Perubahan sosial ekonomi dan demografi, seperti peningkatan pendapatan perkapita, produk domestik bruto, inflasi, perubahan struktur demografi, akan menentukan supply dan demand suatu produk. Perusahaan perlu mengidentifikasi perubahan sosial ekonomi ini dan dampaknya terhadap risiko rantai pasok secara komprehensif.
- Perubahan kurs mata uang. Perubahan kurs mata uang asing terhadap rupiah berdampak pada stabilitas harga, perdagangan, investasi, dan perekonomian secara keseluruhan. Perusahaan perlu mengidentifikasi potensi risiko perubahan kurs mata uang asing dan dampaknya terhadap risiko rantai pasok.
- Perkembangan teknologi. Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi sangat pesat, terutama konvergensi internet yang banyak men-disrup model bisnis konvensional. Perusahaan perlu mengidentifikasi dampak disruptive teknologi ini terhadap risiko rantai pasok.
Penilaian atau Assessment Risiko
Risiko yang telah diidentifikasi selanjutnya dilakukan assessment risiko. Penilaian risiko dimaksudkan untuk memetakan prioritas risiko. Selanjutnya berdasarkan potensi risiko tersebut dilakukan pemetaan risiko terhadap rantai pasok:
Penentuan prioritas risiko didasarkan pada peluang kejadian risiko (likelihood of events) dan dampak risiko terhadap kinerja rantai pasok. Umumnya, perusahaan menetapkan batas toleransi dampak risiko yang dapat diterima. Batas toleransi risiko rantai pasok yang diterima perusahaan ini sangat bervariasi tergantung pada jenis komoditas, inventory, atau produk. Selanjutnya berdasarkan pemetaan risiko disusun matrik penilaian risiko seperti ditunjukkan dalam matriks berikut.
Dari matriks tersebut, risiko dipetakan ke dalam matriks peluang kejadian dan dampak risiko. Matriks dengan sel warna merah (critical) menunjukkan prioritas pertama atau top urgent yang harus segera ditangani. Warna orange (major) menunjukkan prioritas kedua. Warna kuning (moderate) sebagai pemetaan risiko prioritas ketiga, sementara warna hijau (minor) menunjukkan risiko prioritas keempat.
Pengelolaan Risiko
Potensi risiko dan dampak risiko rantai pasok yang telah dipetakan, selanjutnya dilakukan pengelolaan risiko. Pengelolaan risiko mencakup pencegahan (preventive) risiko, penanganan (response) risiko, dan pemulihan (recovery) dampak risiko.
Pencegahan risiko. Pencegahan risiko dilakukan untuk mengurangi atau meminimalkan kejadian risiko (risk events), dalam bentuk:
- Pelatihan dan pengembangan SDM secara berkelanjutkan agar SDM kompeten dan proper dalam mengelola operasional perusahaan.
- Pemeliharaan kendaraan, pergudangan, material handling equipment (MHE), fasilitas dan peralatan kerja.
- Penyiapan standard operating procedure (SOP) dan secara periodik dilakukan pembaharuan SOP.
- Kualifikasi pemilihan vendor untuk mendapatkan vendor terbaik.
- Minimalisasi penggunaan single supplier.
- Pemeriksaan atau inspeksi proses produksi.
Penanganan risiko. Apabila terjadi risiko, perlu segera dilakukan penanganan risiko secara cepat dan tepat. Penanganan risiko ini mencakup tindakan:
- Tanggap darurat risiko (emergency response).
- Memonitor tingkat kecukupan kapasitas produksi, penyimpanan, dan pengiriman barang.
- Pembentukan crisis center, bila kejadian risiko berdampak besar terhadap kinerja rantai pasok.
- Pengkomunikasian secara intensif dan proporsional kepada semua stakeholders baik internal maupun eksternal, termasuk ke media massa.
- Menjalankan protocol penanganan risiko.
Pemulihan. Upaya pemulihan dilakukan untuk menormalkan kinerja sistem rantai pasok yang terganggu karena kejadian risiko.
Risiko rantai pasok (supply chain risk) termasuk kategori risiko yang sering terjadi dan tentunya memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, oleh karena itu pengelolaan SCR atau sering disebut Supply Chain Risk Management (SCRM) menjadi sangat penting untuk diimplementasikan. SCRM merupakan implementasi dari suatu strategi untuk mengelola risiko yang dapat mengganggu rantai pasokan perusahaan. Pengelola risiko ini bertujuan untuk mengurangi dampak dan tingkat keterjadiaan untuk memastikan keberlangsungan usaha suatu perusahaan.
7 April 2017
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Supply Chain Risk (837.9 KiB, 718 hits)