Oleh: Kyatmaja Lookman, CISCP | Director of PT Lookman Djaja
Tahun 2014 adalah tahun tersulit bagi perekonomian di Indonesia, sudah hampir menginjak kuartal ke tiga tetapi perekonomian di Indonesia belum menunjukkan perbaikan secara signifikan.
Pada tahun-tahun sebelumnya untuk pengiriman barang pada masa akan menjelang lebaran selalu mengalami peningkatan dan akan melalui masa-masa peak season tetapi untuk masa menjelang lebaran pada tahun ini volume barang masih biasa saja, hal ini disebabkan oleh dua hal utama yaitu:
- Fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM)
Harga BBM di Indonesia sangat mempengaruhi para produsen-produsen domestik, jika BBM naik maka para distributor akan mulai men-stok barang karena adanya ekspektasi kenaikan harga sedangkan jika BBM turun maka para distributor tidak akan men-stok barang karena adanya ketakutan para distributor untuk pembelian barang yang terlalu mahal sehingga ketika mereka akan menjualnya mereka akan mengalami kerugian.
Mari kita review pada kondisi bulan Februari dan Maret, pada masa itu telah terjadi penurunan harga BBM dan ekspektasi penurunan BBM, sedangkan pada kondisi bulan berikutnya Maret dan seterusnya pada distributor mulai berani men-stock barang karena ada sekali kenaikan harga BBM, walaupun serapan pasar tidak seperti yang mereka harapkan. Pada saat ini kita belum menghadapi volatilitas harga BBM lagi tetapi akan kita lihat dengan semakin menguatnya nilai dolar.
- Tidak stabilnya nilai rupiah terhadap dolar.
Kondisi ini akan sangat berpengaruh kepada impor, para importir membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan untuk proses pembelian barang sampai dengan penjualan. Jika ada perubahan dolar pada saat itu maka akan sangat mempengaruhi penjualan misalkan dolar naik dan pembayaran dilakukan setelah sampai barang, maka barang yang sudah dibeli pun akan menjadi mahal dan belum tentu bisa dijual kembali.
Nilai tukar rupiah yang semakin terpuruk juga akan menurunkan minat para investor untuk berinvestasi di Indonesia, sebagai contoh 4 tahun yang lalu salah satu principal menanamkan modalnya 10 juta US dengan nilai kurs Rp10.000, jika nilai tukar dolar sekarang menjadi Rp13.000 maka untuk mengembalikan jumlah uang yang sama memerlukan effort 30 persen lebih sedangkan tidak mungkin menaikkan barang pada kondisi sekarang ini apalagi serapan pasar sangat rendah.
Fluktuasi dolar, BBM, dan diperburuk dengan keadaan ekonomi global yang sedang menurun. Beberapa negara besar seperti tiongkok sedang mengurangi ertumbuhannya dari double ke single digit. Indonesia sebagai negara yang sangat tergantung dari produksi bahan baku seperti batu bara, minyak kelapa sawit, dsb, tentu akan sangat terkena dampaknya, karena bahan baku kita sebagai komoditas ekspor unggulan tidak bisa terserap oleh pasar global. Apakah yang bisa kita lakukan dengan keadaan ekonomi seperti ini??
Salah satu cara untuk menghadapi perekonomian seperti ini adalah dengan menjalankan salah satu bisnis yang tidak terpengaruh kedua faktor tersebut yaitu bisnis pengiriman express dan e-commerce. Menurut CEO mataharimall.com Hadi Wenas, e-commerce di tahun 2014 berjumlah 1% dari seluruh retail sedangkan ditahun-tahun berikutnya diproyeksikan akan naik 3.5% menjadi 4.5%. seluruh kenaikan dari online ini didapat dari offline karena tidak ada pertumbuhan yang cukup signifikan.
Spillover effect dari bisnis online ini adalah express delivery service karena semua pengiriman online itu akan membutuhkan pengiriman yang sifatnya one to one dan cepat. E-commerce akan mengefisiensikan semua jalur distribusi yang kita punya dengan cara meng-eliminasi segala sesuatu yang tidak produktif contohnya middle man yang akhirnya out of business jika tidak mengganti model usahanya dari sekarang, bahkan menurut IATA, e-commerce akan merubah pola perdagangan dunia dalam periode 10 tahun yang akan datang.
Pada tahun-tahun sebelumnya kita memiliki banyak node di dalam supply chain kita, dimasa yang akan datang akan lebih singkat dan bahkan bisa terjadi pengiriman dari pabrik langsung ke end customer. Banyak perubahan yang terjadi yang disebabkan oleh e-commerce seperti pembelian tiket pesawat dan hotel, menurut Theis Simmons, CEO Singpost, itu adalah fase utama sebelum kita membeli barang melalui online.
Transaksi e-commerce masih didominasi oleh UKM/IKM yang jumlahnya mencapai 75% dari total penjualan e-commerce. IKM/UKM ini dimasa yang akan datang akan menyelamatkan Indoensia dari krisis ekonomi. Peran e-commerce dan logistik di masa yang akan datang harus lebih melibatkan IKM/UKM sebagai motor utama penggerak dari kelesuan ekonomi oleh karena itu dimasa sekarang ini semakin banyak kita melihat asosiasi, LSM atau yang lainnya untuk mensupport IKM/UKM, bahkan pemerintah juga telah mendorong IKM/UKM ini dengan upaya memberikan pelatihan bisnis, dll, tetapi sayangnya belum banyak dari sisi logistik yang membantu mereka untuk memasarkan produknya di wilayah Nasional bahkan Internasional
Bisa kita bayangkan, apabila para petani bisa memproduksi Strawbery kemudian dikirimkan melalui pengiriman express dengan tingkat kematangan 95% langsung ke final konsumen, hal ini pasti akan sangat membantu petani-petani di Indonesia. Seperti yang kita ketahui bersama banyak sekali kendala dalam supply chain kita ini yang menyebabkan biaya mahal, dengan adanya pola bisnis yang baru tentunya aka nada pula opportunity baru. Satu hal yang harus saya ingatkan aka nada banyak perusahaan yang mengalami kerugian bahkan mengalami kebangkrutan apabila perusahaan tersebut masih menggunakan pola bisnis yang lama dan tidak mau mengikuti perkembangan zaman.
Seperti halnya Lookman Djaja telah berkolaborasi dengan Pos Indonesia yang akan membantu para IKM/UKM dari sisi logistik dengan memanfaatkan jaringan dan asset yang tidak digunakan oleh Pos untuk mengangkat IKM/UKM ke Nasional dan Global. Dengan demikian para IKM/UKM di Indonesia akan semakin membaik dan bisa menjadi motor utama dalam perbaikan perekonomian di Indonesia.
Download Artikel ini:
Logistik E-commerce dan IKM/UKM sebagai Solusi untuk Perbaikan Perekonomian di Indonesia (436.3 KiB, 480 hits)